Presiden Rusia Vladimir Putin. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 17 October 2025 19:09
Rusia: Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh sejumlah elite Barat secara sengaja mengacaukan sistem energi global. Pernyataan itu ia sampaikan dalam sesi pleno Forum Energi Rusia ke-8 yang digelar di Moskow pada Kamis, 16 Oktober 2025. Putin mengatakan, dunia tengah menghadapi restrukturisasi besar dalam hubungan energi global akibat munculnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru dan meningkatnya permintaan energi di kawasan tersebut.
Putin menilai proses perubahan tersebut sebenarnya alami dan objektif, namun kini terganggu oleh tindakan agresif dari pihak Barat. “Kita juga menyaksikan gangguan buatan terhadap sistem energi, yang dipicu oleh tindakan agresif dan ambisius dari elite Barat tertentu,” ujar Putin.
Ia menambahkan, banyak negara Eropa menolak membeli pasokan energi Rusia karena tekanan politik, yang akhirnya berdampak negatif terhadap perekonomian Uni Eropa.
Menurutnya, penolakan itu menyebabkan penurunan produksi industri, lonjakan harga akibat mahalnya impor minyak dan gas, serta menurunnya daya saing barang-barang Eropa. Putin menyebut rantai pasokan energi dunia kini tengah beralih ke negara-negara di kawasan Global Selatan, seperti Asia-Pasifik, Afrika, dan Amerika Latin.
“Peralihan ini mencakup rute yang lebih andal serta pembangunan pelabuhan dan pusat energi baru untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan masa depan,” ucapnya, dikutip dari media Anadolu Agency, Kamis, 16 Oktober 2025.
Meski menghadapi tekanan internasional, Putin menegaskan Rusia tetap menjadi salah satu produsen minyak terbesar dunia, dengan kontribusi sekitar 10% terhadap produksi global. Tahun ini, Rusia menargetkan produksi mencapai 510 juta ton minyak. Ia juga menekankan bahwa sektor energi Rusia termasuk yang paling ramah lingkungan di dunia, dengan 87% produksinya memiliki jejak karbon rendah atau bahkan nol.
Selain itu, Putin menyoroti posisi Rusia sebagai satu-satunya negara yang menguasai seluruh rantai teknologi pembangkit listrik tenaga nuklir. Rusia, katanya, saat ini terlibat dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Bangladesh, Mesir, dan Turki.
“Kami akan terus memperkuat kerja sama di bidang nuklir dengan negara-negara Global Selatan dan dalam lingkup BRICS,” ujar Putin. Ia meyakini energi nuklir akan menjadi pilar utama dalam sistem energi dunia di masa depan, dengan kapasitas pembangkit global yang diperkirakan hampir dua kali lipat pada tahun 2050.
(Keysa Qanita)