Ilustrasi cuaca. Foto: Metrotvnews.com/Khairunnisa Puteri.
Lukman Diah Sari • 14 November 2025 20:44
Mataram: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan kemunculan Bibit Siklon Tropis 97S di Perairan Samudera Hindia sebelah barat daya Nusa Tenggara Barat (NTB). Siklon tropis tersebut berpotensi menimbulkan cuaca ekstrem berupa hujan lebat, angin, kencang, dan gelombang tinggi.
"Kami imbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi NTB Satria Topan Primadi dalam laporan di Mataram, Jumat, 1 November 2025, melansir Antara.
Satria menuturkan Bibit Siklon 97S memiliki kecepatan angin maksimum 15 knot dengan tekanan minimum 1.009 hPa, serta belum menunjukkan penguatan signifikan berdasarkan analisis atmosfer terbaru per Jumat pagi waktu setempat.
BMKG memprakirakan pola sirkulasi bibit siklon bergerak ke arah timur dalam 24 jam mendatang, kemudian berpeluang melemah dalam 48 hingga 72 jam dengan pergerakan menuju selatan Rote dan Timor di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Ilustrasi: Sejumlah pengendara sepeda motor menerobos banjir yang merendam jalan Tgh Moh. Rafil Hamdani, Kelurahan Karang Pule, Kota Mataram, NTB. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
Kondisi atmosfer yang tidak stabil, lanjut dia, meningkatkan pembentukan awan konvektif dan berpotensi memicu hujan sedang hingga sangat lebat, disertai petir serta angin kencang di berbagai wilayah kabupaten/kota di NTB.
"Wilayah terdampak meliputi Kota Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara, Sumbawa, Sumbawa Barat, Dompu, Kabupaten Bima, serta Kota Bima dalam periode 24 jam mendatang," ujar Satria.
Dia mengungkapkan gelombang setinggi 1,25 meter hingga 2,5 meter berpotensi terjadi Selat Lombok bagian selatan, Selat Alas bagian selatan, Selat Sape, serta Samudera Hindia bagian selatan NTB, hingga 16 November 2025.
BMKG mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir, tanah longsor, angin kencang, petir, pohon tumbang, dan banjir rob, serta mengamankan lingkungan sekitar untuk mengurangi risiko bencana hidrometeorologi.
"Kami meminta pemerintah daerah memperkuat langkah mitigasi melalui pengecekan drainase, penyuluhan kebencanaan, serta koordinasi lintas instansi dalam mengantisipasi dampak lanjutan cuaca ekstrem di wilayah NTB," ujar Satria.