Tak Terdampak Kelangkaan Elpiji, Warga Talangagung Malang Anteng Pakai Gas Metana

Penggunaan gas metana sebagai bahan bakar alternatif untuk memasak. Metrotvnews.com/ Daviq Umar Al Faruq

Tak Terdampak Kelangkaan Elpiji, Warga Talangagung Malang Anteng Pakai Gas Metana

Daviq Umar Al Faruq • 5 February 2025 19:34

Malang: Warga Dusun Kasin, Desa Talangagung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, nyaris tak terdampak kehebohan sulitnya mencari elpiji 3 kilogram. Pasalnya mayoritas warga setempat menggunakan kompor dengan bahan bakar gas metana (CH4) untuk memasak.

Gas metana itu berasal dari hasil pengelolaan sampah di tempat pemrosesan akhir (TPA) Talangagung. Setelah dikelola, warga yang tinggal di sekitar TPA Talangagung bisa menggunakan bahan bakar gas metana ini secara cuma-cuma alias gratis.

Petugas TPA Talangagung, Rudi Santoso, mengatakan penyaluran gas metana ke rumah-rumah warga di sekitar TPA ini telah berjalan sejak 2010 silam. Dari uji coba awal penyaluran ke 10 kepala keluarga (KK), kini sudah ada sekitar 300 KK yang telah memanfaatkan gas metana sebagai bahan bakar.

"Targetnya semuanya, semaksimal mungkin lah bisa digunakan untuk masyarakat. Mereka tidak membayar sama sekali. Itu keberkahan masyarakat yang tinggal dekat dengan TPA," katanya saat ditemui di TPA Talangagung, Rabu 5 Februari 2025.
 

Baca: Pedagang Eceran Gas 3 Kg Ingatkan Pemerintah Tak Buat Ribet
 
Rudi menerangkan pemanfaatan bahan bakar alternatif ini berawal ketika TPA Talangagung hendak melakukan pengendalian gas metana. Sebab diketahui Metana atau CH4 ini merupakan salah satu gas rumah kaca utama yang berkontribusi pada efek pemanasan global.

"Jadi 1 pon metana setara dengan 21 pon karbondioksida atau CO2. Ini harus kita kendalikan. Pengendalian yang paling mudah dan murah adalah dengan penangkapan gas yang kemudian dilepas dalam kondisi terbakar," jelasnya.

Gas metana ini berasal dari proses pembusukan sampah organik di TPA Talangagung. Gas metana ini kemudian dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk pemanasan, memasak, dan pembangkit listrik.

"Kita manfaatkan kadar panasnya ini. Di TPA Talangagung digunakan untuk pembangkit listrik 5000 watt. Selebihnya nanti dipakai untuk masyarakat, untuk kebutuhan memasak sehari-hari, dialirkan 24 jam non stop dan gratis," ungkapnya.

Rudi menerangkan gas metana ini dilakukan proses purifikasi atau pemurnian terlebih dahulu sebelum disalurkan ke rumah-rumah warga. Sebab kadar gas metana yang disalurkan ke warga tidak boleh melebihi angka 65 persen.

"Jadi biogas yang dari landfill tidak serta merta langsung kita kirimkan. Ada proses pemurnian terlebih dahulu. Kita alirkan dan batasi maksimum gas metan nya itu hanya sekitar 65 peren. Jangan sampai lebih. Kalau lebih itu berbahaya, sangat mudah terbakar," ujarnya.

Gas metana ini disalurkan ke rumah-rumah warga menggunakan pipa PVC seperti layaknya pemasangan pipa air. Pipa PVC ini diklaim lebih baik dari pipa besi karena minim resiko pecah atau kebocoran gas.

"PVC lebih aman, lebih awet, dan lebih murah. Kalau pecah masyarakat bisa langsung ganti. Sejak 2010 sampai 2025, selama 15 tahun, belum pernah terjadi hal yang tidak kita inginkan, ledakan atau kebakaran. Sampai sejauh ini aman, karena tidak sama dengan elpiji," ujarnya.

Rudi mengaku gas metana ini cukup membawa dampak bagi industri rumahan yang ada di sekitaran TPA Talangagung, seperti keripik singkong dan berbagai macak snack. Sehingga selain dampak lingkungan, pemanfaatan gas metana ini juga dapat membantu ekonomi warga sekitar.

"Jadi ada dampak sisi ekonomi, juga sisi lingkungan. Secara tidak langsung masyarakat pengguna biogas ini ikut andil dalam menjaga efek pemanasan global dari gas metana itu sendiri," tegasnya.

Sementara salah satu warga Talangagung, Aniatul, mengatakan telah memakai bahan bakar gas metana ini selama beberapa tahun terakhir. Sejak menggunakan gas metana, ia merasa terbantu lantaran tidak mengeluarkan biaya sama sekali.

"Ya kebantu, karena ini gratis. Aplagi kalau ada kelangkaan gas elpiji, jadi gak perlu susah cari elpiji," katanya.

Selain mendapat gas metana secara gratis, TPA Talangagung juga memberikan fasilitas penyaluran secara cuma-cuma. Termasuk satu kompor khusus. "Semua gratis, mulai dari pemasangan pipa, kami juga mendapatkan kompornya gratis," ungkapnya. 

Meskipun mendapat secara cuma-cuma, Aniatul, mengaku beberapa kali mengalami kendala selama menggunakan gas metana. Salah satunya seperti kondisi besaran api yang tidak menentu dan cenderung kecil. 

"Tidak selalu lancar, apalagi setelah TPA kebakaran. Apinya cenderung kecil, tapi ya karena memang tidak berbayar jadi ya kami menyadari, penggunanya juga mulai banyak," ujarnya.

 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Deny Irwanto)