Ekonomi Indonesia di 2025 Diramal Tumbuh 5,0%, Inflasi Terkendali 2,4%

Head of Macroeconomic & Financial Market Research Department Bank Mandiri Dian Ayu Yustina. Foto: MI/Insi.

Ekonomi Indonesia di 2025 Diramal Tumbuh 5,0%, Inflasi Terkendali 2,4%

Insi Nantika Jelita • 29 August 2025 11:30

Jakarta: Head of Macroeconomic & Financial Market Research Department Bank Mandiri Dian Ayu Yustina memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 mencapai 5,0 persen. Sementara inflasi diproyeksikan terkendali di kisaran 2,4 persen.

"Laju inflasi juga masih akan sehat, berada di kisaran target Bank Indonesia di 2,4 persen," ujarnya dalam Mandiri Economic Outlook Q3 2025 secara daring, dikutip Jumat, 29 Agustus 2025.

Menurut dia, perbaikan sentimen global turut memberi dukungan positif. Kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan mitra dagangnya diyakini dapat meredakan ketidakpastian, sehingga perlambatan ekonomi global tidak akan terlalu besar dampaknya bagi Indonesia. Kondisi ini berpotensi memberikan peluang tambahan bagi kinerja ekspor nasional.

Dari sisi fiskal, outlook tahun ekonomi 2025 diperkirakan masih sejalan dengan proyeksi pemerintah. Defisit fiskal diproyeksikan berada di 2,78 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Ia menyebutkan tantangan yang dihadapi terutama pada sisi penerimaan negara yang sangat dipengaruhi perkembangan ekonomi global dan harga komoditas.

Memasuki 2026, Bank Mandiri menilai program-program prioritas pemerintah akan tetap menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Refocusing APBN diperkirakan semakin diarahkan pada sektor-sektor strategis, dengan tetap menjaga ketahanan fiskal. Defisit fiskal 2026 diperkirakan berada di level sehat, yakni 2,5 persen terhadap PDB guna mendukung stabilitas pasar.
 

Baca juga: Pemerintah Andalkan Sektor Ritel dan UMKM Pecut Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
 

Risiko kenaikan inflasi perlu diwaspadai


Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menambahkan inflasi diperkirakan berada pada kisaran 2,3 persen hingga 2,6 persen di kuartal III 2025. Pemerintah telah mengantisipasi potensi tekanan inflasi pangan dengan program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) sebesar 1,3 juta ton beras untuk periode Juli–Desember 2025. Langkah ini diharapkan mampu menormalkan suplai beras di semester II 2025.

"Namun, risiko kenaikan inflasi hingga 2,6 persen di kuartal III tetap perlu diwaspadai apabila tekanan harga pangan berlanjut," jelas Andry.

Inflasi Juli 2025 tercatat 2,37 persen yoy, masih terkendali meski dipengaruhi biaya pendidikan dan harga pangan.

Dari sisi sektoral, meskipun pertumbuhan ekonomi nasional relatif stabil di level 5,12 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada triwulan II 2025, sejumlah sektor tumbuh jauh lebih tinggi. Konsumsi rumah tangga masih menjadi motor penggerak utama, terutama didorong oleh libur Lebaran dan sekolah.

Konsumsi masyarakat tumbuh 4,97 persen yoy, lebih tinggi dari 4,89 persen pada triwulan I 2025. Faktor lain yang turut mendorong pertumbuhan adalah investasi, yang melonjak 6,99 persen yoy pada triwulan II-2025.

Sektor transportasi dan pergudangan juga tumbuh 13,5 persen secara tahunan, jasa lainnya tumbuh 10 persen akomodasi serta makanan-minuman tumbuh 9,7 persen dan informasi dan komunikasi tumbuh 7,7 persen. Namun, kontribusi sektor-sektor ini terhadap PDB masih relatif kecil dibandingkan sektor besar seperti industri pengolahan, perdagangan, dan pertanian.


(Ilustrasi. Foto: Medcom.id)
 

Kebut pertumbuhan sektor pertanian


Oleh karena itu, Andry menuturkan pekerjaan rumah utama pemerintah ialah mengakselerasi pertumbuhan sektor-sektor besar yang memiliki kontribusi signifikan terhadap perekonomian.

"Misalnya, jika pertumbuhan pertanian dapat ditingkatkan dari dua persen menjadi empat persen, maka dampaknya akan sangat besar bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional," kata Andry.

Ia menyebut dari sisi moneter, kebijakan Bank Indonesia diperkirakan tetap akomodatif, seiring masih terbukanya ruang pelonggaran apabila stabilitas harga terjaga dan risiko eksternal dapat dimitigasi.

Sementara itu, kebijakan fiskal juga perlu lebih akomodatif, dengan percepatan realisasi belanja agar dapat berperan sebagai penopang perekonomian di tengah tingginya ketidakpastian global.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)