Sempat Surplus, APBN Balik Defisit Rp21 Triliun di Mei 2025

Konferensi pers APBN Kita Mei 2025 oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. MI/M Ilham Ramadhan Avisena

Sempat Surplus, APBN Balik Defisit Rp21 Triliun di Mei 2025

M Ilham Ramadhan Avisena • 17 June 2025 16:05

Jakarta: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kembali mencatatkan defisit sebesar Rp21 triliun, setara 0,09 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) hingga akhir Mei 2025. Defisit terjadi setelah sebelumnya anggaran negara mencatatkan surplus sebesar Rp4,3 triliun di April 2025.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, defisit anggaran yang terjadi pada bulan kelima tahun ini disebabkan oleh upaya APBN menjadi penahan gejolak yang terjadi di lingkup internasional dan domestik.

"Defisit di 0,09 persen, Rp21 triliun adalah di dalam rangka untuk menjaga perekonomian. Defisit APBN bertujuan untuk counter cyclical, sehingga perekonomian yang tertekan bisa di-counter APBN, sehingga pelamahannya tidak berdampak signifikan pada ekonomi dan masyarakat,” ujarnya dalam konferensi pers APBN di kantornya, Jakarta, Selasa, 17 Juni 2025.

Kendati mengalami defisit, imbuh Sri Mulyani, kinerja anggaran negara dinilai masih sesuai dengan arah kebijakan keuangan negara di tahun ini. Realisasi defisit di Mei 2025 juga disebut masih cukup rendah jika dibandingkan dengan alokasi defisit APBN 2025 yang sebesar Rp616 triliun, setara 2,53 persen dari PDB.
 

Baca juga: 

Hati-hati, Kenaikan Utang Luar Negeri Jadi Sinyal Perlambatan Ekonomi



(Ilustrasi. Foto: Dok MI)

Pendapatan negara lebih rendah dari belanja negara

Defisit anggaran itu terjadi karena hingga Mei 2025, pendapatan negara tercatat lebih rendah dari realisasi belanja negara. Pendapatan negara diketahui mencapai Rp995,3 triliun, setara 33,1 persen dari target di APBN 2025 terdiri dari penerimaan perpajakan sebesar Rp806,2 triliun dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) senilai Rp188,7 triliun.

“Pajak dalam hal ini terkumpul Rp683,3 triliun atau 31,2 persen dari target 2025. Bea dan cukai mengumpulkan Rp122,9 triliun, atau 40,7 persen dari target tahun ini, ini cukup bagus, dari sisi persentase,” jelas Sri Mulyani.

“Kalau kita lihat, realisasi April ke Mei, menunjukkan pendapatan negara dari Rp810 (triliun) ke Rp995 (triliun), hampir Rp185 triliun sendiri untuk satu bulan Mei saja. Kita berharap (ada) akselerasi perkembangan pendapatan negara,” tambahnya.

Sementara realisasi belanja negara hingga Mei 2025 tercatat mencapai Rp1.016,3 triliun, setara 28,1 persen dari pagu yang ada di dalam APBN 2025, terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp694,2 triliun, setara 25,7 persen dari pagu dan Transfer ke Daerah (TKD) sebesar Rp322,0 triliun, setara 35 persen dari pagu di APBN 2025.

“Keseimbangan primer di dalam APBN hingga Mei 2025 mencatatkan surplus sebesar Rp192,1 triliun. Keseimbangn primer masih mencatat surplus, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang Rp173,9 triliun,” jelas Sri Mulyani.

“Jadi ini adalah postur APBN yang semua posnya ini dipengaruhi ekonomi global, geopolitik, masalah perang, bisa berdampak pada penerimaan negara, karena spillover masuk dari pertumbuhan ekonomi, hingga harga komoditas,” ungkap dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)