Penasihat AS Sebut Netanyahu Siap untuk Gencatan Senjata

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Foto: EPA-EFE

Penasihat AS Sebut Netanyahu Siap untuk Gencatan Senjata

Fajar Nugraha • 13 December 2024 11:24

Washington: Penasehat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS), Jake Sullivan, mengunjungi Israel dan bertemu dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dalam upaya mendukung usaha yang baru-baru ini dihidupkan kembali untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Setelah pertemuan tersebut, Sullivan mengatakan dia "merasakan" bahwa pemimpin Israel tersebut "siap untuk membuat kesepakatan" yang akan mengamankan penghentian permusuhan antara Israel dan kelompok pejuang Hamas di Gaza, sekaligus memastikan pembebasan 100 sandera yang masih ditahan oleh kelompok tersebut setelah diculik ke Jalur Gaza selama serangan pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang, sebagian besar di antaranya adalah warga sipil.

"Tujuan saya adalah menempatkan kami pada posisi untuk dapat menutup kesepakatan ini bulan ini," kata Sullivan pada konferensi pers di Tel Aviv, seperti dikutip Deutsche Welle, Jumat 13 Desember 2024.

Serangan balasan Israel telah menewaskan sedikitnya 44.805 warga Palestina di Gaza, sebagian besar dari mereka warga sipil, menurut angka dari kementerian kesehatan wilayah yang dikuasai Hamas yang dianggap dapat dipercaya oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Kemarin, Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera dan tanpa syarat.


Serangan Gaza terus berlanjut

Pihak berwenang yang dipimpin Hamas di Gaza menyatakan bahwa serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 33 orang, termasuk dua belas penjaga yang mengamankan truk bantuan. Sementara itu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan serangan tersebut menargetkan militan yang berencana membajak kendaraan tersebut.

Perserikatan Bangsa-Bangsa dan berbagai lembaga bantuan telah berulang kali memperingatkan tentang krisis kemanusiaan yang akut di Jalur Gaza setelah 14 bulan perang.

Juru bicara UNRWA, Louise Wateridge mengatakan, kepada wartawan yang mengunjungi Nuseirat di Gaza tengah bahwa kondisi masyarakat di Jalur Gaza "sangat buruk dan menyerupai kiamat."

Israel juga melancarkan serangan di Lebanon selatan. IDF menyatakan bahwa mereka menargetkan militan Hizbullah yang keberadaannya di wilayah tersebut dianggap melanggar perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Lebanon.


IDF menyerang target di Suriah

Di tempat lain, Israel terus melakukan operasi di Suriah setelah runtuhnya rezim Assad. Pasukan IDF masih berada di zona penyangga yang diawasi PBB dan memisahkan pasukan Israel serta Suriah di Dataran Tinggi Golan. PBB menyatakan bahwa langkah ini melanggar perjanjian gencatan senjata tahun 1974.

Saat berkunjung ke Yordania, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa Israel khawatir kekosongan kekuasaan di wilayah tersebut dapat dimanfaatkan oleh kelompok ekstremis. Namun, Washington sedang berdiskusi dengan Israel mengenai langkah ke depan.

"Pada saat ini, sangat penting bagi kita semua untuk memastikan bahwa kita tidak memicu konflik tambahan," ujar Blinken.

Pada hari Senin, Israel menyatakan telah menyerang "sisa senjata kimia, rudal jarak jauh, dan roket agar tidak jatuh ke tangan kelompok ekstremis."

Direktur Jenderal Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), Fernando Arias, mengatakan kelompoknya "memantau dengan saksama" laporan serangan terhadap fasilitas militer.

"Kami belum tahu apakah serangan ini telah memengaruhi lokasi yang terkait dengan senjata kimia. Serangan udara semacam itu dapat menimbulkan risiko kontaminasi," pungkas Arias dalam pidatonya. (Antariska)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)