Ilustrasi IMF. Foto: Flickr
Annisa Ayu Artanti • 23 October 2024 14:01
Washington: Dana Moneter Internasional (IMF) menyampaikan risiko-risiko keuangan global jangka pendek masih terkendali, namun pelonggaran kebijakan moneter yang terjadi dapat memicu naiknya harga aset.
Selain itu, pasar mungkin akan meremehkan risiko-risiko yang ditimbulkan oleh konflik-konflik militer dan pemilihan umum yang akan datang.
Melansir
Channel News Asia, Rabu, 23 Oktober 2024, dalam Laporan Stabilitas Keuangan Global semi-tahunan, IMF memperingatkan melebarnya antara ketidakpastian geopolitik dan volatilitas pasar yang rendah akan meningkatkan peluang terjadinya goncangan pasar yang serupa dengan gejolak yang terlihat di bulan Agustus ketika kenaikan suku bunga Bank of Japan (BoJ) memicu de-leverage besar-besaran.
Pasar kredit yang kuat tidak berpengaruh
Pasar kredit dan ekuitas yang kuat juga tampaknya tidak terpengaruh oleh perlambatan pertumbuhan pendapatan. Kemudian berlanjutnya kemerosotan di segmen-segmen yang lebih rapuh di sektor korporat dan real estat komersial.
"Ketegangan ini membuat kami khawatir, karena menimbulkan potensi penyesuaian kembali kondisi-kondisi keuangan yang tajam," kata Direktur Departemen Moneter dan Pasar Modal IMF, Tobias Adrian.
Ilustrasi. Foto: MI
Laporan ini juga menunjukkan sementara pelonggaran moneter oleh sebagian besar bank-bank sentral utama menciptakan kondisi keuangan yang akomodatif, penurunan suku bunga dapat memicu valuasi aset yang tinggi, peningkatan global dalam utang swasta dan pemerintah, dan leverage non-bank.
“Kerentanan-kerentanan yang meningkat ini dapat memperkuat guncangan-guncangan yang merugikan, yang menjadi lebih mungkin terjadi karena meningkatnya ketidakpastian ekonomi dan geopolitik di tengah-tengah konflik-konflik militer yang sedang berlangsung dan kebijakan-kebijakan yang tidak menentu di masa depan dari pemerintahan-pemerintahan yang baru terpilih,” tulis laporan itu.
Ketidakpastian politik di dunia
Selain perang di Ukraina dan konflik yang meningkat di Timur Tengah, separuh dari populasi dunia telah memilih atau akan memilih pemerintahan baru di 2024, termasuk AS, kata IMF.
Dalam banyak kasus, rencana kebijakan para pemimpin baru tersebut belum jelas, tetapi akan membawa konsekuensi ekonomi yang signifikan.
Secara khusus, para ekonom dan eksekutif Wall Street telah menyuarakan kekhawatiran bahwa kenaikan tarif impor yang direncanakan oleh kandidat presiden AS Donald Trump dapat memicu kembali inflasi, sementara pemotongan pajak yang dijanjikannya dapat memperlebar defisit AS.
IMF mendesak bank-bank sentral untuk berkomunikasi dengan jelas dan menurunkan suku bunga secara bertahap, dan mengatakan bahwa para regulator harus memonitor secara ketat hutang perusahaan dan real estate komersial, dan memastikan pengawasan bank yang kuat.