Pelemahan Permintaan di Tiongkok Bisa Bikin Ekonomi Global Seret

Ilustrasi. Foto: dok MI.

Pelemahan Permintaan di Tiongkok Bisa Bikin Ekonomi Global Seret

Naufal Zuhdi • 23 July 2024 16:32

Jakarta: Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CoRE) Mohammad Faisal mengatakan pelemahan permintaan di Tiongkok dan terjadinya over supply risiko ekonomi global, termasuk Indonesia yang merupakan mitra dagang terbesar dari Tiongkok.

"Pelemahan permintaan di Tiongkok akan berpengaruh ke banyak negara termasuk di antaranya Indonesia, Tiongkok merupakan mitra dagang utamanya, jadi ekspor utama kita adalah ke Tiongkok," kata Faisal dalam acara Midyear Review CoRE Indonesia di Jakarta pada Selasa, 23 Juli 2024.

Faisal pun menjabarkan pelemahan permintaan di Tiongkok ini bisa terlihat dari beberapa indikator, di antaranya terlihat dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB).

Sebelumnya, Dana Moneter Internasional atau IMF memprediksikan pertumbuhan PDB Tiongkok masih di kisaran lima persen. Namun realisasinya sampai dengan kuartal kedua tahun ini melemah lebih dalam dibandingkan yang diprediksikan yaitu 4,7 persen.

"Ini juga bukan hanya terlihat dari GDP growth, tapi juga dari konsumsi domestik mereka termasuk di antaranya retail sales of consumer goods. Jadi pembelian barang-barang retail di Tiongkok yang mengalami penurunan tajam pembelian barang-barang detail sampai 2,6 persen, ini jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan dari retail sales di 2023," ungkap Faisal.
 

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi RI 8 Persen Baru Bisa Diwujudkan Prabowo di Tahun Ketiga
 

Produksi manufaktur Tiongkok kebanyakan


Di sisi yang lain, Tiongkok juga mengalami kelebihan pasokan dimana produksi barang-barang industri manufaktur di Tiongkok itu pasokannya telah melebihi daripada permintaan di dalam negeri itu sendiri.

"Terjadi over supply yang kemudian oleh Tiongkok itu diarahkan atau diekspor keluar ke berbagai negara termasuk di antaranya Indonesia. Jadi ini yang kemudian juga menjadi salah satu isu yang sedang ramai sekarang kalau kita lihat terutama di industri padat karya tekstil dan produk tekstil," imbu Faisal.

Sementara itu, Faisal juga menyatakan industrial export delivery growth di Tiongkok setelah 2023 menunjukkan ke arah negatif. Namun kemudian kembali meningkat pada tahun ini khususnya di kuartal kedua sampai 6,8 persen.

Di sisi lain, purchasing manager index (PMI)) Tiongkok juga terus mengalami peningkatan. Ini berkebalikan dengan kondisi Indonesia dimana tren PMI terus mengalami penurunan meski dalam level yang ekspansif.

"Tiongkok ini terus meningkat sampai 51,8 persen, jadi sisi produksinya yang meningkat. Oleh karena itu makanya kalau kita lihat dari sisi perdagangannya ekspor Tiongkok pada sampai dengan bulan terakhir tahun ini mengalami peningkatan hingga 7,6 persen, sebaliknya impornya turun hanya 1,8 persen. Ini yang menggambarkan yang saya katakan tadi sebagai pelemahan di permintaan domestik di Tiongkok," papar Faisal.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)