Arab Saudi dan Israel Dikabarkan Makin Dekati Kesepakatan Normalisasi

Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman. Foto: EFE-EPA

Arab Saudi dan Israel Dikabarkan Makin Dekati Kesepakatan Normalisasi

Fajar Nugraha • 18 December 2024 09:37

Riyadh: Media Israel, Haaretz melaporkan 'terobosan' dalam pembicaraan normalisasi antara Arab Saudi dan Israel. Namun pejabat Arab Saudi membantah laporan tersebut

Israel dan Arab Saudi telah mencapai terobosan dalam pembicaraan seputar normalisasi hubungan, Haaretz melaporkan pada Selasa 17 Desember 2024. Media liberal Israel itu menambahkan bahwa normalisasi tersebut dapat dikaitkan dengan kesepakatan gencatan senjata yang sulit dipahami yang akan mengakhiri perang Israel di Gaza.

Sumber yang mengetahui negosiasi tersebut mengatakan kepada Haaretz bahwa alih-alih Israel menyetujui permintaan Arab Saudi untuk pengakuan negara Palestina, kedua belah pihak sepakat bahwa Israel akan memberikan komitmen yang tidak jelas tentang "jalan menuju negara Palestina".

Namun, reporter Axios Barak Ravid di X mengutip seorang pejabat Saudi yang membantah laporan tersebut, dengan mengatakan bahwa telah terjadi terobosan seperti itu.

"Gagasan bahwa kepemimpinan kerajaan entah bagaimana telah mengubah komitmennya yang telah lama ada untuk pembentukan negara Palestina yang merdeka sama tidak berdasarnya," kata pejabat Arab Saudi tersebut, seperti dikutip dari Middle East Eye, Rabu 18 Desember 2024.

"Kerajaan Arab Saudi akan terus berupaya mengakhiri perang di Gaza dan membantu rakyat Palestina meraih hak mereka untuk mendirikan negara merdeka,” ungkap pejabat tersebut.

Di depan publik, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman telah menyebut tindakan Israel di Gaza sebagai genosida, dan mengatakan bahwa tidak akan ada normalisasi Arab Saudi dengan Israel tanpa pengakuan negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

Namun, sumber yang dekat dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada Haaretz bahwa putra mahkota "tidak memiliki kepentingan pribadi dalam pengakuan resmi negara Palestina dan hanya membutuhkan kemajuan dalam masalah tersebut untuk mengamankan dukungan politik dan agama dalam negeri untuk kesepakatan tersebut".

Laporan Haaretz menggemakan laporan di majalah The Atlantic, yang mengatakan Mohammed bin Salman mengatakan kepada Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bahwa dia secara pribadi tidak peduli dengan apa yang disebutnya sebagai "masalah Palestina".

"Tujuh puluh persen populasi saya lebih muda dari saya," katanya kepada Blinken.

"Bagi sebagian besar dari mereka, mereka tidak pernah benar-benar tahu banyak tentang masalah Palestina. Jadi, mereka baru pertama kali diperkenalkan dengan masalah ini melalui konflik ini. Ini masalah besar. Apakah saya pribadi peduli dengan masalah Palestina? Saya tidak peduli, tetapi rakyat saya peduli, jadi saya perlu memastikan ini berarti,” ujar Pangeran Salman dalam laporan dari The Atlantic itu.

Selama beberapa tahun, pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah berusaha untuk mengamankan perjanjian normalisasi antara Arab Saudi dan Israel tanpa hasil, dan dengan beberapa minggu tersisa hingga Presiden terpilih Donald Trump menjabat, Biden hanya punya sedikit waktu untuk menyegel apa yang akan menjadi kesepakatan diplomatik yang penting.

Laporan dari Haaretz muncul saat pembicaraan tidak langsung antara Hamas dan Israel semakin mendekati kesepakatan untuk gencatan senjata di Gaza.

Seorang sumber Palestina mengatakan kepada Middle East Eye pada hari Senin bahwa "dinamika baru" telah muncul dalam pembicaraan tersebut dan membantah laporan di media AS dan Israel bahwa Hamas telah mengakui garis merahnya, yang meliputi gencatan senjata permanen, penarikan penuh pasukan Israel, dan pengembalian semua orang yang mengungsi ke rumah mereka.

Pada hari Selasa, beberapa sumber mengatakan kepada Reuters bahwa kesepakatan "diharapkan akan ditandatangani dalam beberapa hari mendatang".

Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan singkat bahwa ada "diskusi serius dan positif yang berlangsung di Doha" pada hari Selasa dan bahwa kesepakatan "mungkin" terjadi jika Israel berhenti mengajukan persyaratan baru.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)