Krisis Real Estate Komersial Bisa Dorong The Fed Pangkas Suku Bunga

Krisis real estate. Foto: Unsplash.

Krisis Real Estate Komersial Bisa Dorong The Fed Pangkas Suku Bunga

Arif Wicaksono • 10 February 2024 15:25

New York: Presiden Sri-Kumar Global Strategies Komal Sri-Kumar mengatakan krisis real estate komersial yang sedang berlangsung akan memaksa The Fed untuk menurunkan suku bunga pada awal Mei.

 “Saya melihat apa yang saya sebut sebagai tsunami properti komersial yang akan datang,” kata Sri-Kumar dikutip dari Business Insider, Sabtu, 10 Februari 2024.
 

baca juga:

Ubah Haluan, Ekonom Perkirakan Fed Pangkas Dua Kali Suku Bunga


Dia menuturkan waktunya bisa berlangsung pada setengah tahun ini. Namun dia menuturkan waktunya tak jelas.

"Waktunya bisa dibilang bukan dua bulan, tapi empat bulan, tapi sekitar paruh pertama tahun ini. Itu sebabnya saya memilih pertemuan Mei atau Juni ketika suku bunga akan diturunkan." jelas dia.

Dia menuturkan pelajaran dari krisis 2008 menunjukkan The Fed harus melakukan pemangkasan suku bunga secepatnya untuk menghindari dampak terburuk.

 “Jangan bertindak seperti yang Anda lakukan pada bulan September 2008, yang membiarkan Lehman Brothers bangkrut. Seandainya Anda bertindak pada bulan Juli, Agustus 2008, dan Anda telah mengambil langkah-langkah penting, penurunan yang terjadi tidak akan separah yang terjadi." tegas dia.

Kekhawatiran akan terjadinya krisis di antara bank-bank regional AS muncul kembali pada minggu lalu ketika New York Community Bank (NYCB) melaporkan pendapatan yang mengecewakan dan memangkas dividen untuk menopang modal. Ketakutan tersebut sebagian berasal dari paparan terhadap real estat komersial.

dampak sistemik suku bunga tinggi

Sektor ini telah menjadi sumber kekhawatiran di pasar keuangan, karena tingkat suku bunga yang tinggi dan nilai aset yang goyah menyebabkan bank-bank dapat dibebani dengan tumpukan pinjaman yang buruk karena peminjam kesulitan membayar atau membiayai kembali hipotek yang telah jatuh tempo.

Namun, para pejabat dan pakar perbankan, termasuk Menteri Keuangan Janet Yellen, mengatakan yakin gejolak perbankan selama setahun terakhir tidak menimbulkan risiko terhadap sistem keuangan yang lebih luas.

Namun Sri-Kumar menentang pandangan ini dan menyatakan bahwa risikonya lebih besar, dan tidak terbatas pada NYCB saja.

 "Saya telah mengatakan selama setahun terakhir bahwa hal ini bersifat sistemik, dan semakin meningkat. Saya pikir kita sedang mencapai puncaknya saat ini," katanya, mengutip kejatuhan Evergrande di Tiongkok sebagai referensi peringatan bagi AS.

"Masalah real estate komersial kini juga terjadi di Eropa. Juga terjadi di Jepang. Jadi, itulah mengapa menurut saya ini bersifat sistemik dan saya tidak tahu mengapa Menteri Keuangan dapat mengatakan bahwa menurutnya hal ini tidak bersifat sistemik." jelas dia.

Jadwal penurunan suku bunga telah diundur dalam beberapa minggu terakhir. Ketua Fed Jerome Powell menegaskan kembali pada pertemuan FOMC Januari kebijakan moneter yang lebih longgar tidak akan terjadi dalam waktu dekat, dan bank sentral perlu lebih diyakinkan bahwa inflasi terkendali.

Para pelaku pasar yang bullish di Wall Street seperti Tom Lee dari Fundstrat masih melihat kemungkinan penurunan suku bunga pada Maret meskipun pihak lain telah memperingatkan kuatnya perekonomian berarti kenaikan suku bunga tidak akan mungkin dilakukan sebelum The Fed memutuskan untuk melakukan penurunan suku bunga.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)