Hamas, kelompok pejuang Palestina yang menguasai Jalur Gaza. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 19 August 2025 13:45
Gaza: Israel sedang meninjau tanggapan kelompok Hamas terhadap proposal gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang diajukan mediator Mesir dan Qatar, demikian laporan media Israel pada Senin, 18 Agustus.
Saluran 12 Israel, mengutip beberapa sumber diplomatik, melaporkan bahwa Hamas menerima usulan tersebut “untuk mencegah pasukan Israel memasuki Kota Gaza.”
Sehari sebelumnya, Kepala Staf Israel Eyal Zamir secara resmi menyetujui rencana pendudukan Kota Gaza di tengah tekanan dari kalangan politik dan militer untuk mengambil alih kembali seluruh wilayah kantong tersebut.
Meski begitu, sumber diplomatik menyebut belum ada konfirmasi apakah Israel akan menerima kesepakatan pertukaran tahanan atau gencatan senjata sementara. Menurut laporan yang sama, tanggapan Hamas “98 persen sejalan dengan usulan utusan Amerika Serikat, Steve Witkoff, yang sebelumnya telah disetujui Israel.”
Sumber politik Israel menegaskan bahwa meski tanggapan Hamas telah diterima, posisi Israel “tetap tidak berubah.” Israel tetap menuntut pembebasan seluruh sandera serta pelucutan senjata Hamas sebagai syarat untuk mengakhiri perang di Gaza.
Laporan media setempat menyebut Menteri Urusan Strategis Israel, Ron Dermer, baru-baru ini mengadakan pembicaraan dengan Steve Witkoff dan juga bertemu mediator Qatar terkait balasan Hamas. Diskusi itu disebut telah mempersempit perbedaan antara kedua pihak.
Sementara itu, lembaga penyiaran publik Israel, KAN, melaporkan bahwa proposal terbaru Mesir-Qatar hampir identik dengan rencana awal Witkoff. Usulan tersebut mencakup pembebasan 10 sandera hidup dan 18 jenazah dengan imbalan gencatan senjata selama 60 hari serta dimulainya perundingan untuk mengakhiri konflik.
Menurut sumber tersebut, pembahasan mengenai kesepakatan parsial masih berlangsung dengan sepengetahuan serta persetujuan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Di sisi lain, Hamas pada Senin pagi menyatakan telah menerima tawaran gencatan senjata dari mediator Mesir dan Qatar, meski tidak merinci isi kesepakatan. Media Mesir melaporkan bahwa usulan itu mencakup reposisi pasukan Israel ke area perbatasan guna mempermudah masuknya bantuan kemanusiaan, serta penghentian operasi militer sementara selama dua bulan.
Rencana tersebut juga mencakup pertukaran tahanan Palestina dan sandera Israel, menurut televisi pemerintah Al-Qahera.
Media Mesir menyebut kesepakatan itu mencakup pembebasan 10 sandera Israel hidup-hidup serta pemulangan 18 jenazah dengan imbalan sejumlah tahanan Palestina, meski jumlah pastinya belum disebutkan.
Israel memperkirakan sekitar 50 sandera masih ditahan di Gaza, termasuk 20 orang yang diyakini masih hidup. Sementara itu, lebih dari 10.800 warga Palestina kini berada di penjara Israel dalam kondisi yang dilaporkan buruk. Sejumlah organisasi hak asasi manusia menyebut beberapa tahanan meninggal akibat penyiksaan, kelaparan, dan kelalaian medis.
Sejak Oktober 2023, agresi militer Israel telah menewaskan lebih dari 62.000 warga Palestina di Jalur Gaza. Serangan berbulan-bulan itu menghancurkan infrastruktur dan mendorong jutaan orang ke ambang kelaparan.
Pada November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait operasi militernya di wilayah kantong tersebut. (Muhammad Fauzan)
Baca juga: Hamas Dikabarkan Menerima Proposal Gencatan Senjata Baru untuk Gaza