Gempa Myanmar: Tak Ada Lagi Tanda Kehidupan di Reruntuhan Bangunan Bangkok

Petugas menelusuri reruntuhan bangunan yang runtuh akibat gempa di Bangkok, Thailand. (Anadolu Agency)

Gempa Myanmar: Tak Ada Lagi Tanda Kehidupan di Reruntuhan Bangunan Bangkok

Willy Haryono • 6 April 2025 16:41

Bangkok: Gubernur Bangkok Chadchart Sittipunt mengatakan bahwa operasi penyelamatan yang sedang berlangsung tidak mendeteksi adanya tanda-tanda kehidupan lebih lanjut di bawah reruntuhan gedung kantor audit negara yang runtuh di distrik Chatuchak, Bangkok, Thailand.

Gedung tersebut runtuh pada 28 Maret, menyusul gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,7 yang melanda Myanmar.

“Saya harus mengakui bahwa, hingga saat ini, tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan yang terdeteksi. Tidak ada lagi panggilan minta tolong,” kata Chadchart kepada awak media di lokasi puing bangunan, Minggu, 6 April 2025.

Mengutip dari The Straits Times, jumlah korban tewas resmi akan dikonfirmasi oleh kepolisian Thailand. Chadchart mengatakan data resmi hanya berasal dari kepolisian demi menghindari kebingungan.

“Secara sederhana, peluang menemukan korban selamat telah berkurang, dan lebih banyak jenazah kemungkinan akan ditemukan,” ucapnya.

Chadchart membandingkan perubahan upaya penyelamatan dengan perubahan kecepatan dari lari cepat 100m menjadi lari maraton.

“Ketika kami mencoba menyelamatkan korban, itu seperti lari cepat. Sekarang, operasi harus terus berlanjut dengan mantap, seperti lari maraton,” jelasnya.

Zona pencarian dan penyebaran peralatan

Area puing bangunan telah dibagi menjadi Zona A, B, C, dan D untuk mengoordinasikan upaya pencarian secara lebih efektif.

Chadchart mencatat bahwa operasi penyelamatan telah memasuki hari ke-10, dengan tim sekarang lebih mengandalkan alat berat untuk menyingkirkan lempengan beton besar.

Pada 5 April malam, dua jenazah ditemukan di Zona C, dan bagian tubuh tambahan ditemukan keesokan paginya.

Petugas penyelamat juga mengidentifikasi struktur seperti liang yang menghubungkan Zona B dan C, area yang sebelumnya digunakan pekerja konstruksi untuk mengakses lokasi. Sebuah tangga di area ini menghubungkan kantor dan zona konstruksi, membuat penyelamat yakin bahwa ada liang atau jalur pelarian di sana.

Chadchart mengatakan kedua mayat itu kemungkinan adalah pekerja yang mencoba melarikan diri dari saat gedung runtuh.

Peralatan berat telah dikerahkan melalui pintu masuk depan dan melalui jalur kereta api negara yang berdekatan dengan lokasi, sehingga tim dapat mencapai puncak reruntuhan dan mulai membersihkan puing-puing besar secara bertahap.

Selama jumpa pers oleh Chadchart, perwakilan pekerja Thailand, Myanmar, dan Kamboja menyerahkan surat terbuka kepadanya yang menuntut transparansi mengenai jumlah korban.

Chadchart telah menerima surat tersebut dan menawarkan dukungan moralnya kepada para pekerja.

Baca juga:  Hujan Persulit Upaya Pemulihan Gempa di Myanmar, Kematian Sentuh 3.471 Jiwa

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Willy Haryono)