Polisi berpatroli di salah satu kota di Haiti. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 10 August 2025 20:46
Port-au-Prince: Pemerintah Haiti mengumumkan penerapan status darurat selama tiga bulan di wilayah tengah negara mulai Sabtu kemarin seiring melonjaknya kekerasan geng bersenjata.
Status darurat ini berlaku di wilayah West, Artibonite, dan Center “demi melanjutkan upaya memerangi ketidakamanan serta merespons krisis pertanian dan pangan,” menurut pernyataan pemerintah dan dikutip Hurriyet Daily, Minggu, 10 Agustus 2025.
Wilayah tersebut, yang dikenal sebagai lumbung padi Haiti, dalam beberapa tahun terakhir menjadi sasaran serangan geng yang membunuh petani atau memaksa mereka meninggalkan ladang, sekaligus membakar komunitas di sekitarnya.
Kantor HAM PBB mencatat bahwa dari Oktober 2024 hingga akhir Juni 2025, lebih dari 1.000 orang tewas, sekitar 200 luka-luka, dan 620 diculik di Artibonite dan Center serta wilayah sekitarnya.
Kekerasan geng juga telah memaksa lebih dari 239.000 orang mengungsi di wilayah tengah Haiti, menurut data PBB. Pada akhir April, puluhan orang bahkan terpaksa menyeberangi sungai terbesar di negara itu dengan berjalan atau berenang demi melarikan diri dari geng.
Jumat lalu, pemerintah Haiti menunjuk direktur jenderal interim baru untuk memimpin Kepolisian Nasional Haiti, yang bekerja sama dengan polisi Kenya dalam misi dukungan PBB guna membantu meredam kekerasan geng.
Saat ini, menurut keterangan pihak berwenang, geng bersenjata menguasai hingga 90 persen wilayah ibu kota Haiti, Port-au-Prince.
Baca juga: Serangan Geng Bersenjata di Haiti Tewaskan 50 Orang, Termasuk Anak-Anak