Ilustrasi. Foto: Freepik.
Husen Miftahudin • 11 January 2025 11:19
Jakarta: Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat, transaksi aset kripto di Indonesia pada periode Januari-November 2024 tercatat sebesar Rp556,53 triliun.
"Nilai ini melonjak 356,16 persen dibanding periode yang sama pada 2023 yang tercatat sebesar Rp122 triliun (yoy)," ungkap Plt. Kepala Bappebti Kemendag Tommy Andana dalam keterangan tertulis, Sabtu, 11 Januari 2025.
Sementara, lanjutnya, pelanggan aset kripto yang terdaftar secara akumulatif sejak Februari 2021-November 2024 tercatat sebanyak 22,11 juta pelanggan. Di sisi lain, sampai saat ini jumlah Pedagang Fisik Aset Kripto (PFAK) yang telah berizin Bappebti tercatat sebanyak 16 pedagang.
Selain itu, terdapat 14 Calon Pedagang Fisik Aset Kripto (CPFAK) yang memiliki Surat Persetujuan Anggota Bursa (SPAB) dan Surat Persetujuan Anggota Kliring (SPAK) sedang berproses menjadi PFAK.
Di sisi lain, pada periode Januari-November 2024, nilai transaksi perdagangan berjangka komoditi (PBK) berdasarkan Notional Value tercatat sebesar Rp30.503 triliun. Nilai ini naik 30,20 persen dibandingkan periode yang sama pada 2023 yang tercatat sebesar Rp23.428 triliun.
"Khusus November 2024, jumlah nasabah yang aktif bertransaksi pada PBK tercatat sebanyak 70.676 nasabah. Jumlah ini meroket 53,93 persen dari periode November 2023 yang tercatat 45.915 nasabah," papar Tommy.
Adapun saat ini, transaksi di Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing (PUVA) difasilitasi dua bursa berjangka, dua Lembaga Kliring Berjangka, 55 Pialang Peserta Sistem Perdagangan Alternatif (SPA), 21 Pedagang Penyelenggara SPA, delapan Penasihat Berjangka, dan 15 Bank Penyimpan Margin.
"Selain itu, terdapat 253 Kontrak Derivatif SPA untuk PUVA yang ditransaksikan pada dua Bursa Berjangka," jelas dia.
Baca juga: Begini Dampak Tarif Trump pada Ekonomi Global dan Pasar Kripto |