KTT ke-17 BRICS berlangsung di Rio de Janeiro, Brasil, 6-7 Juli 2025. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 7 July 2025 08:36
Rio de Janeiro: Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-17 BRICS berlangsung pada 6–7 Juli 2025 di Rio de Janeiro, Brasil, berakhir dengan disepakatinya Deklarasi Rio, sebuah dokumen komprehensif yang mencerminkan sikap politik, ekonomi, dan visi strategis negara-negara anggota terhadap tatanan global.
Pertemuan puncak ini dihadiri para pemimpin negara BRICS dan mitra barunya, dengan fokus memperkuat kerja sama negara-negara Global South guna mendorong tata kelola dunia yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan.
Dalam Deklarasi Rio dari laman brics.br, BRICS secara resmi menyambut Indonesia sebagai anggota baru, bersama negara-negara lain seperti Malaysia, Nigeria, dan Vietnam. Perluasan keanggotaan ini menandai transformasi BRICS dari sekadar forum ekonomi menjadi kekuatan geopolitik baru yang mewakili kepentingan Global South secara lebih utuh.
Isu reformasi tatanan global menjadi salah satu sorotan utama. BRICS menyerukan perombakan struktural pada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), khususnya Dewan Keamanan, agar lebih representatif terhadap negara berkembang. Dorongan serupa juga diarahkan pada lembaga keuangan global seperti IMF dan Bank Dunia yang dianggap belum mencerminkan dinamika ekonomi abad ke-21.
Selain itu, BRICS mengecam kebijakan ekonomi proteksionis dan sanksi sepihak yang dianggap bertentangan dengan hukum internasional. Negara-negara anggota menyatakan komitmennya terhadap sistem perdagangan multilateral yang adil, transparan, dan berbasis aturan, dengan WTO sebagai pilar utamanya.
Deklarasi Rio juga memuat komitmen bersama terhadap tata kelola teknologi masa depan, termasuk kecerdasan buatan (AI). BRICS sepakat bahwa perkembangan kecerdasan buatan (AI) harus diatur secara inklusif dan adil, dengan memberikan ruang bagi negara berkembang untuk terlibat dalam penyusunan norma global dan pengembangan kapasitas.
Isu-isu konflik global pun mendapat perhatian serius. BRICS menyerukan gencatan senjata segera di Gaza, penarikan penuh pasukan Israel dari wilayah pendudukan, serta dukungan terhadap Solusi Dua Negara. Mereka juga mengkritik serangan terhadap Iran dan menyuarakan kekhawatiran atas meningkatnya militerisasi di berbagai kawasan dunia.
Dalam isu iklim, BRICS mengadopsi Leaders’ Framework Declaration on Climate Finance yang menekankan tanggung jawab negara maju dalam pendanaan transisi energi. Mereka juga menolak kebijakan lingkungan yang digunakan sebagai kedok proteksionisme, seperti mekanisme penyesuaian karbon lintas batas (CBAM).
Dengan Deklarasi Rio sebagai fondasi, BRICS menegaskan komitmennya untuk memperjuangkan tata dunia yang lebih setara dan mewakili aspirasi negara-negara berkembang. Peran Indonesia sebagai anggota baru pun menjadi krusial dalam membawa perspektif Asia Tenggara ke meja global.
Baca juga: Negara-Negara BRICS Kecam Tarif Donald Trump di Pertemuan Rio