Bentrokan di kota Antananarivo, Madagaskar, 25 September 2025. (EFE/EPA/HENITSOA RAFALIA)
Riza Aslam Khaeron • 30 September 2025 09:51
Antananarivo: Presiden Madagaskar Andry Rajoelina membubarkan pemerintahannya pada Senin, 29 September 2025, setelah gelombang demonstrasi besar-besaran yang dipimpin oleh generasi muda mengguncang negara pulau itu selama hampir sepekan.
Aksi protes yang dipicu oleh krisis listrik dan air telah menewaskan sedikitnya 22 orang dan melukai lebih dari seratus lainnya, menurut laporan resmi dari Komisioner Tinggi HAM PBB.
Melansir The New York Times, Presiden Rajoelina dalam pidato nasional yang disiarkan televisi mengakui kemarahan masyarakat.
"Saya memahami kemarahan, kesedihan, dan kesulitan yang ditimbulkan oleh pemadaman listrik dan masalah pasokan air. Saya mendengar seruan itu, saya merasakan penderitaan, dan saya memahami dampaknya pada kehidupan sehari-hari," ujarnya.
Pembubaran ini berarti pemecatan terhadap Perdana Menteri Christian Ntsay dan seluruh jajaran menteri kabinet. Mereka akan tetap menjabat secara sementara hingga presiden menunjuk perdana menteri baru.
Rajoelina mengatakan akan membuka seleksi secara luas, termasuk menerima lamaran melalui email dan LinkedIn.
Demonstrasi ini disebut terinspirasi oleh gerakan Gen Z di Kenya dan Nepal, yang sebelumnya berhasil mengguncang pemerintahan di masing-masing negara.
Di Madagaskar, demonstrasi dipusatkan di sekitar Universitas Antananarivo dan berlangsung panas, memicu respons keras dari aparat keamanan yang menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa.
Baca Juga: Bentrokan Meletus di Madagaskar, Rumah Pejabat Dibakar dan Bendera One Piece Berkibar |