MRT. Dok MI.
Hendrik Simorangkir • 12 June 2025 16:46
Tangerang: Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang Selatan (Tangsel) tengah melakukan kajian ulang terkait proyek perluasan MRT ke wilayahnya. Kajian ulang tersebut berupa rencana trase MRT yang akan memastikan rute terbaik dilewati.
"Saat ini kita dan Pemprov DKI sudah melakukan kajian ulang. Karena kajian yang lama memang tidak sesuai dengan kondisi sekarang, sudah dilakukan visibilitas study lagi di tahun ini. Mudah-mudahan setelah visibilitas study itu keluar, trase mana yang cocok untuk dibangun," ujar Wakil Wali Kota Tangsel, Pilar Saga Ichsan, Kamis, 12 Juni 2025.
Pilar mengungkap, pihaknya belum menghitung secara detail terkait anggaran untuk merealisasikan MRT di wilayahnya. Diperkirakan, jarak yang akan ditempuh MRT di wilayah Tangsel sepanjang 16 kilometer.
"Kalau secara hitungan detailnya belum. Tapi kemarin itu jaraknya sekitar 16 kilometer dengan per kilometernya menghabiskan dana sekitar Rp200 miliar," katanya.
Menurut Pilar, uang ratusan miliar yang akan dikeluarkan pihaknya di tiap per kilometer hanya untuk membangun trek jembatan MRT. "Rp200 miliar itu belum termasuk pembebasan lahan. Itu baru struktur sama konstruksinya sama teknologi," ucap dia.
Namun, Pilar memastikan akan berkoordinasi dengan perusahaan swasta terkait pembebasan lahan yang akan digunakan proyek MRT. Hal tersebut, kata Pilar, tergantung dari perhitungan visibilitas study yang akan dikaji ulang tersebut.
"Nanti skemanya ada dengan pihak swasta, misalkan kalau lewat utara Bintaro skemanya apakah memberikan hibah lahan atau juga dengan BSD. Nanti kita bicarakan tergantung tergantung hitungan visibilitas studynya itu. Kalau misal Provinsi Banten atau Pemkot Tangsel harus ada yang dilewati jalur itu melalui aset daerah, ya bisa juga median jalan dan sebagainya," jelasnya.
Saat ini terdapat dua trase berdasarkan kajian visibilitas study untuk dilalui MRT, yakni jalur Selatan dan Utara. Dengan rincian jalur Selatan melalui Pondok Cabe, dan Utara melawati Pondok Aren dan Bintaro.
"Ini mereka yang menghitung, karena skema investasi atau bisnis ya harus tepat. (Jalur yang tepat dilalui) Belum tahu, karena itu kembali lagi kepada hitungan bisnis dari pada PT MRT Jakarta sebagai BUMD DKI," ungkapnya.