Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928. (Istimewa)
Riza Aslam Khaeron • 21 October 2025 14:52
Jakarta: Menjelang peringatan Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2025, penting untuk menengok kembali tiga tempat bersejarah yang menjadi saksi lahirnya ikrar pemersatu bangsa pada tahun 1928.
Kongres Pemuda II yang melahirkan Sumpah Pemuda berlangsung selama dua hari pada Sabtu hingga Senin, tanggal 27 hingga 28 Oktober 1928, di tiga lokasi berbeda di Batavia (sekarang Jakarta).
Setiap tempat memiliki peran krusial dalam merumuskan semangat kebangsaan para pemuda dari berbagai organisasi dan daerah di Hindia Belanda. Berikut adalah tiga tempat penting yang patut dikenang.
1. Gedung Katholieke Jongelingen Bond (KJB), Walterooplein
Foto: Gedung katedral di Walterooplein. (Istimewa)
Rapat pertama Kongres
Pemuda II digelar pada malam Minggu, 27 Oktober 1928, pukul 19.30 hingga 23.30 di gedung Katholieke Jongelingen Bond, Walterooplein (kini Lapangan Banteng, Jakarta Pusat).
Dalam sidang ini, Kongres dibuka oleh Soegondo Djojopoespito sebagai pimpinan, lalu dilanjutkan dengan sambutan dan pidato penting oleh Mohammad Yamin mengenai persatuan dan kebangsaan Indonesia.
Pidato Yamin menjadi salah satu pondasi intelektual dari rumusan
Sumpah Pemuda karena menekankan pentingnya sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan bersama sebagai unsur pemersatu bangsa.
Gedung ini dipilih karena lokasinya yang strategis dan dekat dengan pusat kota Batavia. Area Walterooplein kini dikenal sebagai Lapangan Banteng dan berada tak jauh dari kompleks Istana dan Katedral Jakarta.
2. Oost Java Bioscoop, Koningsplein Noord
Foto: Gedung Oost Java Bioscoop. (Istimewa)
Rapat kedua berlangsung pada Minggu pagi, 28 Oktober 1928, pukul 08.00 hingga 12.00 di Oost Java Bioscoop, Koningsplein Noord (sekarang sekitar kawasan Monas sisi utara). Sesi ini membahas persoalan pendidikan kebangsaan dan peran perempuan.
Pembicara utamanya adalah Poernomowoelan, Sarmoenagoensarkoro, Djokosarwono, dan Ki Hadjar Dewantara. Mereka menekankan pentingnya pendidikan yang membentuk karakter nasional dan demokratis pada generasi muda.
Oost Java Bioscoop merupakan salah satu bioskop bergengsi di masa itu. Kini, gedung ini sudah tidak ada, namun lokasinya diperkirakan berada di sepanjang Jalan Medan Merdeka Utara, dekat kawasan Istana Merdeka dan Mahkamah Agung.
3. Indonesisch Clubhuis Kramat 106
Foto: Gedung Indonesisch Clubhuis. (Istimewa)
Rapat ketiga yang paling monumental berlangsung pada malam Senin, 28 Oktober 1928, pukul 17.30 hingga 19.30 di Indonesisch Clubhuis, Kramat 106 (sekarang Museum Sumpah Pemuda). Sebelumnya diadakan arak-arakan pandu (Padvinderij) yang menambah semangat kebersamaan antarorganisasi
pemuda.
Dalam sesi ini, Ramelan membahas pergerakan kepanduan dan Soenario menyampaikan pidato penting tentang pergerakan pemuda Indonesia di luar negeri.
Di sinilah keputusan penting diambil dan Kongres ditutup dengan pembacaan Sumpah
Pemuda yang terkenal itu, mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa: Indonesia.
Gedung Kramat 106 memiliki nilai historis berkelanjutan—dipugar pada 3 April hingga 20 Mei 1973, diresmikan Gubernur Ali Sadikin pada 20 Mei 1973, dan dikukuhkan kembali oleh Presiden Soeharto pada 20 Mei 1974 sebagai Museum Sumpah Pemuda. Hingga kini, bangunan ini berdiri sebagai pengingat nyata semangat persatuan nasional.
Sebagai saksi bisu lahirnya semangat kebangsaan, ketiga tempat ini tidak hanya merekam jejak sejarah Kongres Pemuda II, tetapi juga mencerminkan keragaman, semangat kolaborasi, dan tekad para pemuda Indonesia dalam merumuskan identitas nasional.
Menjelang peringatan 28 Oktober 2025, mengenang lokasi-lokasi tersebut bukan sekadar napak tilas, melainkan pengingat bahwa cita-cita persatuan Indonesia lahir dari ruang-ruang diskusi, perbedaan, dan semangat mengatasi batas-batas kedaerahan demi satu bangsa yang merdeka dan berdaulat.