Sinergi Pangan dan Energi Jadi Harapan Baru Petani Indramayu

SKK Migas, PT Pertamina EP dan Pemerintah Kabupaten Indramayu Meresmikan Sumur Bor Air Baku Bag? Petani Tadah Hujan di Desa Jatisura Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu

Sinergi Pangan dan Energi Jadi Harapan Baru Petani Indramayu

Dedy Musashi • 15 September 2025 20:35

Indramayu: Senyum bahagia terpancar dari wajah Miskad, petani paruh baya asal Desa Jatisura, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu. Miskad kini tak lagi mengandalkan hujan untuk bisa mengairi sawahnya.

Derasnya air mulai mengalir dari sumur bor melalui saluran sekunder Banteng. Miskad pun tak perlu lagi hanya mengandalkan sawah tadah hujan. Bagi dia, kehadiran sumur bor ibarat oase baru. Memang, bertani padi kerap menjadi pertaruhan, karena bergantung penuh pada cuaca.

Air dari sumur bor ini tak luput dari upaya PT Pertamina, Pertamina EP, dan SKK Migas. "Alhamdulillah, bantuan sumur bor ini merupakan harapan baru bagi petani di Jatisura," kata dia dengan semringah.

Bupati Indramayu Lucky Hakim dan Direktur Pertamina EP Rakhmat Hidajat turut menjadi saksi dari air yang mengalir deras melalui saluran sekunder Banteng.

Gesekan migas dan pertanian

Program sumur bor ini lahir dari perjalanan panjang. Indramayu, yang dikenal sebagai lumbung pangan nasional, sempat menghadapi gesekan antara kepentingan pertanian dan eksplorasi migas.

Pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, Indramayu diberi target meningkatkan produksi beras dari 1,3 juta ton menjadi 1,8 juta ton per tahun. Untuk mencapai target tersebut, Pemkab Indramayu menetapkan lahan pertanian abadi seluas 128 ribu hektare yang dilindungi dengan peraturan bupati. Aturan itu melarang aktivitas apa pun di atas lahan produktif pertanian, termasuk eksplorasi migas.



Kondisi ini berimbas langsung pada Pertamina. Dalam kurun satu tahun, enam titik eksplorasi migas ditutup karena berada di lahan pertanian produktif. Pemkab Indramayu hanya bersedia membuka segel jika Pertamina menyiapkan lahan pengganti tiga kali lipat dari lahan yang digunakan.

Situasi itu menimbulkan kerugian besar. Selain membengkaknya biaya pekerjaan akibat penggunaan teknologi tinggi, juga menghambat proses pencarian sumber migas. Gesekan antara dua kepentingan strategis ini akhirnya dibawa ke meja dialog, melibatkan pemerintah daerah, SKK Migas, Pertamina, dan kalangan akademisi.

Dari Konflik ke Sinergi

Dialog panjang tersebut berbuah kesepakatan: ketahanan pangan dan ketahanan energi tidak boleh saling meniadakan, melainkan harus berjalan beriringan. Sinergi ini kemudian diwujudkan di Desa Jatisura, Kecamatan Cikedung, sebagai proyek percontohan nasional.

SKK Migas dan Pertamina EP berkomitmen meningkatkan sarana irigasi dan membangun jalan usaha tani, sekaligus menyiapkan lahan pengganti bagi area pertanian produktif yang terdampak eksplorasi.

Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas Eka Bhayu Setta menjelaskan, langkah tersebut tidak sekadar memenuhi kewajiban alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B), tetapi juga bentuk nyata kontribusi sektor energi terhadap ketahanan pangan. 

"Dengan peningkatan sarana irigasi dan jalan usaha tani, kami berusaha memastikan pangan dan energi saling mendukung untuk Indonesia Emas 2045," ujar dia.

Pertamina EP pun menyiapkan lahan pengganti LP2B seluas 114,85 hektare di Desa Jatisura berikut sarana prasarana pendukungnya. Lahan itu menggantikan 28 hektare sawah produktif di delapan titik lokasi eksplorasi migas, meliputi Kecamatan Sliyeg, Juntinyuat, Balongan, Kedokan Bunder, Sukagumiwang, Terisi, Losarang, dan Kertasemaya.

Apresiasi Pemerintah Daerah

Bupati Indramayu Lucky Hakim mengapresiasi kerja sama lintas sektor ini. Menurut dia, Indramayu yang menjadi penopang produksi beras nasional membutuhkan sinergi pangan dan energi agar tidak saling mengganggu. "Swasembada pangan dan swasembada energi harus berjalan beriringan. Ini langkah menuju keseimbangan eksistensi kebutuhan bangsa dan bagian dari jalan menuju Indonesia Emas 2045," kata Lucky.



Sementara itu, Direktur Pertamina EP Rakhmat Hidajat menegaskan pihaknya berkomitmen menjaga keseimbangan dengan tetap mematuhi aturan. "Kami sudah serahterimakan LP2B seluas 114,85 hektare di Desa Jatisura dengan segala sarana dan prasarana penunjangnya. Ini bagian dari komitmen Pertamina terhadap regulasi sekaligus kontribusi bagi petani," jelas dia.

Harapan Baru Petani

Bagi para petani, terutama seperti Mang Miskad, sinergi pangan dan energi yang kini diwujudkan memberi dampak nyata. Sawah tadah hujan yang dulu hanya bisa ditanami sekali dalam setahun, kini berpotensi digarap dua kali berkat tersedianya pasokan air dari sumur bor dan perbaikan jaringan irigasi.

"Kalau air lancar, kami bisa tanam padi dua kali setahun seperti petani di daerah irigasi besar," ujar Miskad penuh harapan.

Kini, gesekan yang dulu kerap muncul di lapangan tak lagi terdengar. Sebaliknya, Indramayu dijadikan pilot project sinergi pangan dan energi, menegaskan dua sektor vital bangsa ini bisa saling menopang, bukan saling meniadakan.

Bagi masyarakat, terutama petani kecil, manfaatnya sudah terasa: air mengalir ke sawah, panen lebih terjamin, dan masa depan lebih menjanjikan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Al Abrar)