Ilustrasi, aktivitas kegiatan impor. Foto: Medcom.id
Insi Nantika Jelita • 2 September 2024 15:38
Jakarta: Direktur eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti memandang kondisi ekonomi Indonesia yang loyo membuat rentan terhadap gejolak global. Hal ini karena Indonesia masih ketergantungan tinggi terhadap kebutuhan pangan dan komoditas lain dari luar negeri.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai impor Indonesia pada Juli 2024 mencapai USD21,74 miliar, naik 17,82 persen dibandingkan Juni 2024 dan naik 11,07 persen dibandingkan Juli 2023.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia terlihat melambat dengan mencatatkan deflasi selama empat bulan beruntun di tahun ini.
Pada Agustus 2024, Indonesia kembali mengalami deflasi sebesar 0,03 persen secara bulanan. Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami penurunan dari 106,09 di Juli 2024 menjadi 106,06 pada Agustus.
"Jika stamina ekonomi Indonesia kuat, maka global shock hanya berdampak kecil terhadap perekonomian Indonesia. Tapi, nyatanya stamina ekonomi kita tidak begitu," ungkap Esther kepada Media Indonesia, Senin, 2 September 2024.
Baca juga: Pemerintah Belum Fokus Jaga Daya Beli Masyarakat Kelas Menengah |