Uni Eropa. Foto: Unsplash.
Manila: Uni Eropa dan Filipina mengatakan akan melanjutkan negosiasi perjanjian perdagangan bebas seiring upaya UE untuk memanfaatkan pertumbuhan ekonomi Asia yang lebih cepat dan mendapatkan akses terhadap bahan mentah utama.
Kepala Perdagangan Uni Eropa Valdis Dombrovskis menyambut baik perubahan arah positif yang diambil oleh pemerintahan baru Filipina sambil mendorong kemajuan lebih lanjut dalam bidang hak asasi manusia dan hak buruh.
Negosiasi perdagangan bebas terhenti pada 2017 karena kekhawatiran Uni Eropa mengenai catatan hak asasi manusia Presiden Filipina saat itu Rodrigo Duterte, yang digantikan pada Juni 2022 oleh Bongbong Marcos.
Uni Eropa adalah mitra dagang terbesar keempat Filipina. Perdagangan barang bernilai 18,4 miliar euro (USD20 miliar) pada 2022 dan jasa sebesar 4,7 miliar euro (USD5,1 miliar) pada 2021.
"Kesepakatan perdagangan dapat meningkatkan perdagangan sebesar enam miliar euro," kata Dombrovskis dikutip dari
Channel News Asia, Selasa, 19 Maret 2024.
UE telah menargetkan perjanjian dengan negara-negara Asia Tenggara, memiliki perjanjian dengan Singapura dan Vietnam, serta sedang melakukan negosiasi dengan Indonesia dan Thailand.
UE sedang mengincar bahan mentah Filipina seperti nikel, tembaga, dan kromit yang dibutuhkan untuk transisi ramah lingkungan dan yang saat ini sangat bergantung pada Tiongkok.
Mendapatkan modal dan pengetahuan
Komisaris Perdagangan Filipina Alfredo Pascual mengatakan negaranya ingin mendapatkan modal dan pengetahuan dari perusahaan-perusahaan UE untuk terlibat dalam lebih banyak proses hilirisasi di dalam negeri.
Negaranya sudah mendapatkan manfaat dari sistem GSP+ bebas tarif Uni Eropa untuk negara-negara berkembang namun bertujuan untuk meningkatkan status pendapatan kelas menengah atas, ketika GSP+ tidak lagi berlaku.
"Kami ingin dapat memperoleh manfaat GSP+, dan masih banyak lagi manfaat lainnya,” kata Pascual.
Filipina saat ini mendapat manfaat dari akses bebas tarif ke UE untuk sekitar dua pertiga produknya, termasuk minyak kelapa, penyedot debu, tuna, dan nanas.
"Kesepakatan perdagangan bebas dapat memungkinkan ekspor rumput laut, tembakau, kayu dan tanaman hias," kata Pascual.