Menlu AS Antony Blinken. (EPA)
Willy Haryono • 3 June 2024 12:41
Washington: Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengadakan panggilan telepon terpisah dengan dua menteri Israel pada hari Minggu kemarin dalam membahas proposal gencatan senjata yang telah diumumkan oleh Presiden Joe Biden akhir pekan lalu.
Selama panggilan telepon dengan Menteri Kabinet Perang Israel Benny Gantz, Blinken "memuji Israel atas proposal tersebut dan menekankan bahwa Hamas harus menerima kesepakatan itu tanpa penundaan," kata juru bicara Kemenlu AS Matthew Miller, melansir dari Anadolu Agency, Senin, 3 Juni 2024.
Blinken memberi tahu Gantz bahwa proposal tersebut akan memajukan kepentingan keamanan jangka panjang Israel, termasuk membuka kemungkinan ketenangan di sepanjang perbatasan Israel dengan Lebanon yang memungkinkan warga Israel kembali ke rumah mereka, sebut Miller.
Dalam pernyataan terpisah, Miller mengatakan bahwa dalam panggilan telepon dengan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, Blinken "memuji kesiapan Israel untuk menyelesaikan kesepakatan dan menegaskan bahwa tanggung jawab untuk menerimanya ada pada Hamas."
Menegaskan kembali "komitmen kuat" AS terhadap keamanan Israel, Blinken menggarisbawahi bahwa proposal Biden akan memajukan kepentingan keamanan jangka panjang Israel, termasuk membuka kemungkinan integrasi lebih lanjut di kawasan.
Jumat lalu, Biden mengumumkan proposal tiga fase yang akan mengakhiri permusuhan di Jalur Gaza serta mengamankan pembebasan sandera di daerah kantong terkepung tersebut.
Biden mengimbau Hamas untuk menerima kesepakatan tersebut, dan mendesak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menolak tekanan dari anggota koalisi pemerintahannya yang menentang proposal.
Kantor Netanyahu menegaskan kembali bahwa pihaknya akan melanjutkan serangan di Gaza hingga semua tujuan perang Tel Aviv tercapai.
Hamas mengaku akan "menanggapi secara positif setiap proposal yang mencakup gencatan senjata permanen, penarikan penuh (pasukan Israel) dari Jalur Gaza, upaya rekonstruksi, pemulangan para pengungsi, dan penyelesaian kesepakatan pertukaran sandera yang komprehensif."
Serangan militer brutal Israel telah menewaskan lebih dari 36.000 warga Palestina di Gaza sejak 7 Oktober tahun lalu, yang dilakukan dalam membalas serangan lintas batas Hamas. Mayoritas dari mereka yang tewas adalah wanita dan anak-anak, dengan lebih dari 82.000 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan Gaza.
Hamparan luas wilayah Gaza hancur di tengah blokade Israel yang melumpuhkan terhadap makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), di mana putusan terbarunya memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasinya di kota Rafah di Gaza selatan, tempat lebih dari 1 juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang.
Baca juga: Ajudan Netanyahu: Kami Terima Proposal Biden Walau Bukan 'Good Deal'