Serangan Israel di Beirut, Lebanon. Foto: BBC
Beirut: Militer Israel mengumumkan serangan terhadap markas intelijen Hizbullah di ibu kota Lebanon, Beirut, saat pertempuran dengan militan terus berlangsung di dekat perbatasan pada kamis lalu. Serangan udara Israel menargetkan benteng Hizbullah di seluruh wilayah Lebanon, sementara pasukan darat memasuki beberapa bagian Lebanon selatan, basis kekuatan kelompok tersebut.
Serangan intens yang dilakukan Israel selama beberapa hari terakhir telah menewaskan lebih dari 1.000 orang, menurut laporan dari Kementerian Kesehatan Lebanon.
Ratusan ribu warga sipil terpaksa mengungsi dari rumah mereka di tengah krisis ekonomi dan politik yang berkepanjangan di negara tersebut.
“Sementara korban tewas dalam serangan terbaru tercatat mencapai 37 jiwa. Sedangkan 151 orang lainnya juga terluka dalam serangan selama 24 jam terakhir,” ujar Kementerian Kesehatan Lebanon, seperti dikutip Al Jazeera, Jumat 4 Oktober 2024.
Israel yang juga tengah berperang di Gaza sejak serangan oleh kelompok Hamas pada 7 Oktober, memindahkan fokus untuk mengamankan perbatasan utaranya dan membantu pemulangan lebih dari 60.000 orang yang terpaksa meninggalkan wilayah akibat serangan Hizbullah selama setahun terakhir.
Di Gaza, militer Israel menyatakan bahwa serangan tiga bulan lalu telah berhasil membunuh tiga pemimpin senior Hamas, termasuk Rahwi Mushtaha, kepala pemerintahan Hamas di wilayah tersebut.
“Adanya tiga serangan udara di pinggiran selatan Beirut. Sumber dekat Hizbullah mengatakan bahwa salah satu target serangan adalah gedung yang menampung kantor hubungan media kelompok tersebut,” sebut media nasional Lebanon.
“Demi keselamatan Anda, segera evakuasi rumah Anda dan bergerak ke arah utara Sungai Awali,” kata Juru Bicara Militer Israel, Avichay Adraee.
Israel juga mengeluarkan perintah evakuasi untuk warga di lebih dari 20 desa dan kota di Nabatiyeh, selatan Lebanon.
Serangan di garis depan
Hizbullah mengklaim berhasil menahan laju pasukan Israel di perbatasan, tepatnya di Gerbang Fatima, dan melaporkan bahwa mereka mengebom pasukan Israel yang maju dengan dua alat peledak. Militer Israel menyatakan bahwa 15 pejuang Hizbullah tewas dalam pertempuran di Bint Jbeil, sebuah wilayah yang pernah menjadi pusat konflik besar antara Israel dan Hizbullah pada tahun 2006.
Tentara Lebanon melaporkan tewasnya salah satu tentaranya setelah pos mereka diserang oleh Israel di Bint Jbeil, menjadikan total tiga tentara Lebanon yang gugur dalam eskalasi konflik ini.
Balasan tembakan dari tentara Lebanon pun terjadi, menandai pertama kalinya mereka merespons serangan Israel sejak Oktober lalu.
Serangan Israel juga menghantam pusat layanan darurat yang dikelola Hizbullah di Beirut, menewaskan tujuh pekerja.
Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan lebih dari 40 petugas pemadam kebakaran dan paramedis tewas dalam serangan Israel dalam tiga hari terakhir.
Reaksi internasional dan eskalasi lebih lanjut
Serangan udara Israel di Beirut terjadi di tengah meningkatnya ketegangan internasional setelah Iran, pendukung utama Hizbullah, meluncurkan serangan rudal kedua ke Israel.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan bahwa Teheran akan membayar mahal atas tindakan tersebut.
Presiden AS Joe Biden turut berkomentar, menyatakan bahwa Amerika Serikat tengah mendiskusikan kemungkinan serangan Israel terhadap fasilitas minyak Iran.
Pernyataan Biden memicu lonjakan harga minyak hingga lima persen, hanya sebulan sebelum pemilu AS di mana isu ekonomi menjadi sorotan.
Dalam perkembangan terbaru, Israel juga menghadapi serangan rudal dari Iran, dengan sebagian besar dari 200 rudal berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara.
Di Suriah, serangan Israel menewaskan Hassan Jaafar al-Qasir, menantu dari pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, serta seorang perwira Garda Revolusi Iran.
Konflik yang berlanjut ini telah menewaskan ribuan warga sipil di Gaza dan Lebanon, serta menyebabkan kerusakan infrastruktur besar-besaran, menimbulkan dampak yang meluas di seluruh kawasan.
(Angel Rinella)