Kecerdasan buatan. Foto: Unsplash.
San Fransisco: Perusahaan manajemen investasi terbesar dunia, BlackRock, sedang melakukan pembicaraan dengan berbagai pemerintah mengenai cara mendanai investasi penting untuk mendukung kecerdasan buatan (AI), termasuk meningkatkan pasokan listrik. Untuk mendokong penetrasi AI setiap negara membutuhkan pusat data dan pabrik semikonduktor yang memerlukan pasokan listrik dalam jumlah besar.
CEO BlackRock Larry Fink pada pertemuan kelompok bisnis B7 negara-negara Kelompok Tujuh (G7) di Roma menegaskan hal ini. Konferensi ini mendahului pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari negara-negara G7 yang lebih maju pada minggu depan di Italia.
“Pusat data AI ini akan memerlukan daya lebih besar dari apa pun yang pernah kita bayangkan. Kita di G7 tidak memiliki daya yang cukup,” kata Fink dikutip dari
Channel News Asia, Sabtu, 18 Mei 2024.
Pusat data kemungkinan besar akan dibangun di tempat yang pasokan listriknya lebih murah, sehingga meningkatkan kebutuhan subsidi negara di wilayah yang biaya energinya tidak kompetitif.
“Saya pikir ini akan menciptakan tantangan kompetitif yang nyata bagi negara-negara.” tegas dia.
partisipasi sektor swasta
Investasi untuk membangun pusat data dan pabrik chip yang mendukung dan memberdayakan teknologi AI, yang menurut perkiraan BlackRock bernilai triliunan dolar, memerlukan partisipasi investor swasta dan bisa menjadi peluang besar bagi dana pensiun dan perusahaan asuransi.
Jepang memperkirakan kebutuhan produksi listrik akan meningkat 35 persen hingga 50 persen pada tahun 2050 karena meningkatnya permintaan dari pabrik semikonduktor dan pusat data yang mendukung AI.
“Saat ini kami sedang berdiskusi dengan banyak negara mengenai bagaimana kami dapat mendatangkan modal swasta,” kata Fink, seraya menambahkan bahwa negara-negara G7 tidak dapat menanggung biayanya karena adanya risiko krisis fiskal.