Tiongkok Bantah Laporan AS soal Peningkatan Senjata Nuklir

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Lin Jian. (Antara)

Tiongkok Bantah Laporan AS soal Peningkatan Senjata Nuklir

Willy Haryono • 24 December 2025 14:47

Beijing: Pemerintah Tiongkok membantah laporan Amerika Serikat yang menyebut Beijing meningkatkan kapasitas persenjataan nuklirnya serta tidak memiliki niat untuk terlibat dalam negosiasi pengendalian senjata.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Lin Jian menegaskan bahwa kebijakan nuklir Beijing tetap bersifat defensif.

“Tiongkok berpegang teguh pada kebijakan tidak menggunakan senjata nuklir lebih dahulu serta strategi nuklir yang berfokus pada pertahanan diri. Kami mempertahankan kekuatan nuklir pada tingkat minimum yang diperlukan demi keamanan nasional dan tidak terlibat dalam perlombaan senjata nuklir dengan negara mana pun,” kata Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing pada Selasa kemarin.

Dilansir dari Antara, Rabu, 24 Desember 2025, pernyataan tersebut disampaikan sebagai respons terhadap draf laporan Departemen Pertahanan Amerika Serikat yang diperoleh media.

Dalam laporan itu, Tiongkok disebut telah menempatkan lebih dari 100 rudal balistik antarbenua (ICBM) DF-31 berbahan bakar padat di tiga silo baru yang dibangun di dekat perbatasan Tiongkok dengan Mongolia. Namun, laporan tersebut tidak merinci target potensial dari rudal-rudal tersebut.

Lin Jian menilai laporan tersebut sebagai narasi lama yang terus diulang oleh Washington. “Kami telah mendengar cerita yang sama yang diceritakan dan diulang-ulang oleh AS untuk menciptakan dalih mempercepat peningkatan kekuatan nuklirnya sendiri serta mengganggu stabilitas strategis global,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa komunitas internasional perlu melihat posisi Amerika Serikat sebagai negara dengan persenjataan nuklir terbesar di dunia. Menurutnya, Washington memiliki tanggung jawab utama untuk mendorong perlucutan senjata nuklir global.

“AS seharusnya melakukan pengurangan drastis dan substansial terhadap persenjataan nuklirnya serta menciptakan kondisi yang memungkinkan negara-negara pemilik senjata nuklir lainnya bergabung dalam proses perlucutan senjata. Ini seharusnya menjadi prioritas utama bagi AS,” kata Lin.

Lin Jian juga menyinggung buku putih yang dirilis pemerintah Tiongkok pada November 2025 berjudul Pengendalian Senjata, Perlucutan Senjata, dan Non-Proliferasi Tiongkok pada Era Baru, yang memuat tinjauan menyeluruh mengenai kebijakan nuklir Beijing serta sikapnya terhadap perlucutan senjata.

Menurut laporan Pentagon, jumlah hulu ledak nuklir Tiongkok diperkirakan masih berada di bawah 600 unit pada 2024, mencerminkan laju produksi yang lebih lambat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Meski demikian, laporan tersebut menyebut Tiongkok berada di jalur untuk memiliki lebih dari 1.000 hulu ledak nuklir pada 2030.

Laporan yang sama juga memperingatkan bahwa Beijing diperkirakan berupaya membangun kemampuan untuk berperang dan memenangkan konflik atas Taiwan pada akhir 2027. China disebut tengah menyempurnakan berbagai opsi militer, termasuk serangan jarak jauh hingga 2.000 mil laut dari daratannya, yang berpotensi mengganggu operasi militer Amerika Serikat di kawasan Asia-Pasifik.

Pentagon juga menilai Tiongkok kurang berminat untuk terlibat dalam pembicaraan pengendalian senjata. Bulan lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan kemungkinan membuka diskusi denuklirisasi dengan Tiongkok dan Rusia. Namun, laporan tersebut menyimpulkan bahwa Beijing belum menunjukkan ketertarikan untuk terlibat.

Menanggapi hal itu, Lin Jian menegaskan bahwa Tiongkok tetap aktif dalam berbagai forum internasional. “Tiongkok secara aktif berpartisipasi dalam proses peninjauan Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir serta pertemuan mekanisme P5, dan terus menjaga dialog dengan berbagai pihak mengenai perlucutan senjata nuklir,” ujarnya.

Baca juga:  Tiongkok Tolak Keras Wacana Jepang Miliki Senjata Nuklir

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Willy Haryono)