Kilang Pertamina Internasional Dukung Transisi Energi

Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman. Foto: dok KPI.

Kilang Pertamina Internasional Dukung Transisi Energi

Husen Miftahudin • 3 July 2025 18:48

Jakarta: Sebagai bagian dari mata rantai ketahanan energi nasional, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) mengambil peranan penting dalam era transisi energi. Hal itu disampaikan Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman saat menjadi pembicara dalam acara Joint Convention Semarang (JCS) 2025.

Menurut Taufik, isu energi tidak dapat dilepaskan dari konsep Energi Trilemma yaitu konsep yang mencakup tiga tantangan utama dalam sistem energi yaitu keamanan energi, keberlanjutan energi, dan keterjangkauan energi.

"Setiap negara memiliki kepentingan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negerinya. Negara juga memiliki kepentingan menyediakan energi yang dapat dijangkau masyarakatnya dengan harga yang sesuai. Di sisi lainnya, setiap negara juga harus memikirkan proses transisi energi menuju energi yang rendah karbon," jelas Taufik di hadapan peserta JCS 2025, dikutip dari keterangan tertulis, Kamis, 3 Juli 2025.

Menurutnya, ketiga hal tersebut akan menjadi bahan pertimbangan untuk mewujudkan program Asta Cita Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, khususnya poin yang menekankan pentingnya mewujudkan kemandirian bangsa melalui ketahanan energi, kedaulatan sumber daya alam, serta hilirisasi industri nasional.
 
Baca juga: 55 Proyek Pembangkit EBT Diresmikan, PLN Tegaskan Pemerataan Energi

Strategi yang dijalankan KPI


KPI sendiri, lanjut Taufik, mengambil langkah yang disebut dengan Pertamina Dual Growth Strategy. "KPI sebagai bagian Pertamina juga menerapkan strategi pertumbuhan ganda tersebut. Strategi pertama yaitu bagaimana KPI memaksimalkan bisnis existing sekarang atau Legacy Business. Dan kedua adalah membangun bisnis low carbon," jelas Taufik.

Strategi memaksimalkan bisnis existing dilakukan dengan meningkatkan kualitas dan kapasitas kilang. Sementara itu, KPI juga membangun bisnis low carbon dengan mengembangkan Green Refinery dan menghasilkan produk-produk yang berbahan baku nabati (biofuel).

Terkait dengan Biofuel, KPI mengimplementasikannya melalui berbagai strategi. Pertama melalui Co-Processing yaitu bahan baku nabati diproses melalui pencampuran dengan bahan baku fosil pada fasilitas eksisting. Di strategi ini, KPI telah mampu menghasilkan bio avtur Pertamina Sustainable Aviation Fuel 2,4 persen yang berbahan baku minyak inti sawit atau Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil.

Kedua, Conversion yaitu bahan baku nabati 100 persen diproses menjadi bahan bakar. Di strategi ini, KPI telah mampu memproduksi biodiesel 100 persen dengan jenis Hydrotreated Vegetable Oil (HVO). Produk KPI ini dikenal dengan Pertamina Renewable Diesel (RD).  

KPI juga berencana mengembangkan Green Refinery yang dapat mengolah bahan baku 2nd Generation berupa limbah nabati salah satunya adalah minyak jelantah. Untuk tahap awal, proses produksinya akan dilakukan di Kilang Cilacap, dan rencananya akan dikembangkan di kilang-kilang lainnya.


(Ilustrasi transisi energi. Foto: dok Koaksi Indonesia)
 

Jalankan strategi produksi SAF


KPI saat ini memilih strategi produksi SAF dengan metode Co-Processing karena memiliki berbagai keuntungan. "Metode ini merupakan cara tercepat untuk memproduksi SAF. Apalagi proses pembuatannya melalui fasilitas eksisting telah terbukti. Penggunaan fasilitas produksi existing tentu akan memerlukan investasi yang lebih kecil. Selain itu, ini menjadi kesempatan untuk mengevaluasi fasilitas existing sambil mempersiapkan fasilitas pengolahan yang lebih besar," jelas Taufik.

Pengembangan ekosistem produk biofuel khususnya SAF, kata Taufik memerlukan sinergi berbagai pemangku kepentingan. "Para pemangku kepentingan harus mengambil perannya masing-masing baik dari sisi peraturan maupun produknya. KPI memiliki tugas menghasilkan produknya dan akan berusaha melaksanakannya sesuai peta jalan yang sudah disusun," sambung dia.

Beragam strategi yang dijalankan KPI tidak hanya mempercepat transisi energi, tetapi juga memberikan dampak positif bagi ekonomi nasional. Taufik mengungkapkan langkah tersebut memiliki multiplier effect, seperti penciptaan lapangan kerja, peningkatan produksi, dan bertambahnya nilai tambah di dalam negeri.

Ia menambahkan, upaya ini merupakan upaya untuk mendorong transformasi ekonomi berbasis sektor strategis, termasuk energi dan mineral. Selain mendukung pertumbuhan ekonomi, strategi ini juga bertujuan mewujudkan ketahanan energi nasional yang berkelanjutan.

"Ketahanan dan keberlanjutan energi adalah pondasi bagi kemandirian ekonomi, kedaulatan politik, dan kesejahteraan rakyat Indonesia," tegas Taufik.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)