Perayaan Waisak di Candi Borobudur. (via Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif)
Jakarta: Hari Raya Waisak merupakan salah satu momen paling suci bagi umat Buddha di seluruh dunia. Tahun ini, Hari Raya Waisak akan diperingati pada tanggal 12 Mei 2025.
Waisak bukan hanya sekadar hari besar keagamaan, tetapi juga menjadi waktu yang penuh makna spiritual dan refleksi mendalam.
Di balik perayaan ini, terdapat berbagai tradisi dan simbol yang kaya akan nilai spiritual dan sosial. Lebih dari sekadar ritual, setiap elemen perayaan Waisak mengajarkan pesan kehidupan yang mendalam.
Tradisi dan Simbol Perayaan Waisak
Berikut ini adalah beberapa tradisi dan simbol utama dalam perayaan Hari Raya Waisak, beserta makna yang terkandung di dalamnya:
1. Puja Bakti di Vihara
Puja bakti merupakan ibadah utama yang dilakukan di vihara, tempat ibadah umat Buddha. Dalam puja bakti, umat melakukan:
- Pembacaan paritta (doa-doa suci).
- Persembahan bunga, lilin, dan dupa.
- Meditasi bersama.
Bunga melambangkan ketidakkekalan, lilin melambangkan pencerahan batin, dan dupa melambangkan keharuman perbuatan baik. Puja bakti menjadi sarana untuk merenungkan ajaran Buddha dan menyucikan hati.
2. Prosesi Waisak
Salah satu prosesi Waisak terbesar di dunia diadakan di Indonesia, yaitu prosesi dari Candi Mendut ke Candi Borobudur.
Prosesi ini melambangkan perjalanan spiritual umat manusia menuju pencerahan. Suasana yang hening dan khusyuk mencerminkan tekad untuk hidup dalam damai, disiplin, dan kesadaran penuh.
3. Pemandian Rupang Bayi Buddha
Ritual ini dilakukan dengan menuangkan air atau air bunga ke atas patung bayi Siddhartha Gautama.
Melambangkan penyucian batin dari sifat-sifat buruk seperti keserakahan, kebencian, dan kebodohan. Ritual ini mengingatkan pentingnya kehidupan yang murni dan penuh kesadaran.
4. Pelepasan Makhluk Hidup
Umat Buddha melepas burung, ikan, atau makhluk hidup lainnya ke alam bebas.
Tindakan ini adalah simbol welas asih, penghargaan atas kehidupan, dan upaya membebaskan makhluk dari penderitaan. Ini juga mencerminkan ajaran Buddha tentang tidak menyakiti makhluk hidup (ahimsa).
5. Pelepasan Lampion
Tradisi ini sering dilakukan pada malam Waisak. Ribuan lampion dilepaskan ke langit secara serentak.
Lampion yang terbang melambangkan harapan, doa, dan pelepasan dari kemelekatan duniawi. Cahaya lampion juga menjadi simbol penerangan batin menuju kebijaksanaan sejati.
6. Kegiatan Sosial
Hari Waisak juga diisi dengan kegiatan sosial seperti:
- Donor darah.
- Santunan anak yatim atau panti jompo.
- Pembagian sembako dan makanan.
- Pengobatan gratis.
Kegiatan ini merupakan bentuk nyata dari ajaran Buddha tentang berdana (memberi). Waisak menjadi momen untuk menumbuhkan kepedulian sosial dan kasih sayang kepada sesama.
7. Pembacaan Dhamma dan Meditasi
Umat Buddha mengikuti ceramah dari para bhikkhu (biksu) dan melakukan meditasi bersama.
Pembacaan Dhamma memperdalam pemahaman terhadap ajaran Buddha, sementara meditasi menuntun umat pada ketenangan, kesadaran diri, dan pengendalian pikiran.
Tiga Peristiwa Suci dalam Satu Hari
Yang membuat Waisak begitu istimewa adalah peringatan terhadap tiga peristiwa penting dalam kehidupan Sang Buddha:
- Kelahiran Siddhartha Gautama di Lumbini, Nepal: calon Buddha yang kelak akan membawa ajaran kebijaksanaan bagi dunia.
- Pencapaian Penerangan Sempurna: ketika Siddhartha bermeditasi di bawah pohon Bodhi dan mencapai kebuddhaan sebagai Sang Buddha.
- Parinibbana (wafatnya Sang Buddha): saat beliau meninggalkan dunia dan mencapai pembebasan sempurna dari siklus kelahiran dan kematian.