Begini Proyeksi Harga Emas Pekan Depan, Beli atau Jual?

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Begini Proyeksi Harga Emas Pekan Depan, Beli atau Jual?

Eko Nordiansyah • 8 November 2025 12:18

Jakarta: Harga emas (XAU/USD) diperdagangkan dengan kecenderungan menguat tipis pada perdagangan Kamis, 6 November 2025, di tengah meningkatnya permintaan aset safe-haven akibat ketidakpastian geopolitik serta berlanjutnya kekhawatiran perlambatan ekonomi global.

Sentimen pasar saat ini cenderung berhati-hati. 
Hal ini disebabkan oleh kombinasi faktor seperti pergerakan dolar AS, perubahan ekspektasi suku bunga Federal Reserve (The Fed), serta dinamika risiko eksternal yang masih tinggi.

Menurut analisis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, memproyeksikan bahwa jika tekanan tren bearish berlanjut, maka emas berpotensi melemah menuju area sekitar USD3.812 pada pekan depan. Level ini dipandang sebagai support penting yang dapat menjadi area uji psikologis pasar.

“Koreksi yang lebih dalam dapat terjadi apabila momentum jual tidak mereda dan sentimen pasar tetap condong ke arah penguatan dolar,” ujar Andy dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 8 November 2025.

Skenario alternatif berlaku jika harga emas mampu melakukan rebound dan menembus area kunci di USD4.167. Jika hal ini terjadi, maka emas berpotensi melanjutkan penguatan menuju target berikutnya di sekitar USD4.381. Level tersebut dipandang sebagai batas teknikal yang dapat mengonfirmasi pembentukan tren bullish jangka pendek.
 



(Ilustrasi. Foto: Freepik)

Dolar AS melemah, emas cerah

Dari sisi fundamental, dolar AS sempat melemah tipis setelah komentar hawkish sejumlah pejabat The Fed pekan ini membuat pasar kembali menahan optimisme terhadap kemungkinan penurunan suku bunga dalam waktu dekat.

Ketika dolar melemah, emas cenderung mendapat dukungan karena hubungan korelasi terbalik antara keduanya membuat harga emas menjadi relatif lebih murah bagi pemegang mata uang lain. Selain itu, meningkatnya tensi geopolitik serta prospek perlambatan ekonomi global turut memperkuat permintaan terhadap emas sebagai aset pelindung nilai.

Meski demikian, Andy menegaskan bahwa ruang kenaikan emas kemungkinan masih terbatas dalam jangka pendek. Hal ini karena imbal hasil obligasi AS masih berada pada level tinggi, sehingga investor lebih memilih instrumen berimbal hasil ketimbang emas yang tidak memberikan imbal hasil.

“Dengan kata lain, meskipun minat terhadap safe-haven meningkat, tekanan dari sisi suku bunga dan yield tetap menjaga kecenderungan pasar untuk berhati-hati,” ungkap dia.

Dalam pandangan Andy, katalis terdekat yang akan menjadi penggerak utama harga emas adalah rilis data ekonomi AS dalam beberapa hari ke depan. Skenario tersebut akan memberikan sentimen positif bagi emas dan membuka peluang kenaikan harga lebih lanjut.

“Jika data ekonomi Amerika Serikat dirilis mengecewakan terutama data tenaga kerja swasta seperti ADP Non-Farm Employment Change, inflasi, atau data manufaktur maka peluang penurunan suku bunga oleh The Fed dapat kembali menguat,” ujarnya.

Namun, jika data-data yang dirilis justru menunjukkan ketahanan ekonomi AS, maka dolar AS berpotensi kembali menguat dan menekan harga emas. Dalam kondisi ini, tekanan jual terhadap emas bisa kembali muncul.

Dengan kondisi pasar yang sensitif terhadap data dan sentimen makro, Andy menyarankan pelaku pasar untuk tetap disiplin dalam mengelola risiko serta memperhatikan setiap perkembangan fundamental global yang dapat memicu volatilitas harga emas dalam waktu dekat.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Eko Nordiansyah)