Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad (kanan). Foto: MI/Insi Nantika Jelita.
Jakarta: Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menyatakan kehadiran Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) penting dalam upaya mencapai target pertumbuhan ekonomi delapan persen pada periode 2025-2029. Untuk mewujudkan target tersebut, Indonesia diperkirakan membutuhkan investasi hingga Rp47.573 triliun.
Dalam perinciannya, kebutuhan investasi dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui belanja modal (capital expenditure/capex) ditargetkan sebesar Rp2.915 triliun atau 6,13 persen dari total kebutuhan investasi. Sementara, kontribusi pemerintah diproyeksikan sebesar Rp3.435 triliun atau 7,22 persen. Sisanya, sebanyak Rp41.223 triliun atau 86,5 persen diharapkan berasal dari sektor swasta.
"Melihat porsi besar yang diharapkan dari investasi swasta, jelas pendekatan business as usual oleh BUMN tidak akan cukup. Dibutuhkan sebuah lompatan baru melalui Danantara," ujar Tauhid dalam Bisnis Indonesia BUMN Forum 2025, Jakarta, dilansir Media Indonesia, Jumat, 23 Mei 2025.
Badan ini dirancang untuk mengoptimalkan potensi besar aset-aset BUMN, yang selama ini belum sepenuhnya dimanfaatkan secara produktif. Danantara disebut berperan sebagai superholding yang mengorkestrasi transformasi strategis di tubuh BUMN.
Untuk mengejar target investasi jumbo tersebut, Tauhid menilai langkah strategis Danantara ke depan yakni:
- Melakukan perbaikan tata kelola, restrukturisasi, efisiensi, serta strategi bisnis yang tepat.
- Menerapkan manajemen profesional dan independen dengan menjunjung tinggi prinsip transparansi dan akuntabilitas.
- Menguatkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) agar adaptif terhadap perubahan dan ketidakpastian melalui inovasi dan teknologi berkelanjutan.
Namun demikian, proses transformasi ini tidak lepas dari tantangan. Tauhid menekankan adanya risiko ketidakpastian global, tekanan efisiensi anggaran, serta persoalan di beberapa sektor berbasis ekspor seperti komoditas perkebunan dan mineral yang tengah mengalami penurunan harga.
"Di saat yang sama, likuiditas keuangan nasional juga dalam kondisi ketat," kata dia.
Danantara jadi instrumen strategis wujudkan pertumbuhan ekonomi
Dalam kesempatan sama, Managing Director Finance BPI Danantara Djamal Attamimi menuturkan Danantara berperan sebagai instrumen strategis dalam mewujudkan Astacita dan tujuan nasional Indonesia. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi hingga delapan persen pada periode 2025–2029, dengan proyeksi PDB mencapai USD2 triliun pada 2030.
Lebih lanjut, dia menjelaskan sinergi antara holding operasional dan holding investasi Danantara sangat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia.
"Transformasi ini akan membutuhkan dukungan khusus dari berbagai aspek, terutama dalam hal konsolidasi bisnis dan privatisasi," imbuh dia.
Djamal menyebut program-program restrukturisasi keuangan dan bisnis, konsolidasi dan merger, pengelompokan (
clustering), serta peningkatan skala bisnis akan menjadi bagian penting dan tak terpisahkan dalam strategi pengembangan Danantara.
Langkah selanjutnya mencakup implementasi model bisnis baru, penetapan indikator kinerja atau
key performance indicator (KPI), penguatan tata kelola, serta penyusunan roadmap inovasi.
Di sektor strategis, Danantara juga berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dengan berinvestasi di sektor-sektor prioritas, antara lain delapan jenis mineral kritikal, energi terbarukan, kesehatan, infrastruktur digital, jasa keuangan, properti, dan transportasi.
Sementara, Senior Executive Vice President (SEVP) PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) M. Candra Utama berkeyakinan kehadiran Danantara akan memberikan dampak positif bagi perseroan.
"Apa pun yang dipersiapkan untuk ke depan, kami tetap yakin dan optimis usaha ini akan terus berkembang," ucapnya.
Pihaknya mengaku telah menyiapkan diri menghadapi berbagai kemungkinan perubahan. Dengan dukungan tim yang terdiri dari para profesional, BRI optimis penggabungan aset-aset BUMN serta pengembangan proyek-proyek strategis dapat menciptakan nilai tambah yang signifikan bagi semua pemangku kepentingan.