Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi & Moneter BI Juli Budi Winantya (paling kanan). Metrotvnews.com/Eko Nordiansyah
Insi Nantika Jelita • 22 August 2025 15:28
Yogyakarta: Di tengah ketidakpastian pasar keuangan global, penurunan tarif bea masuk dari Amerika Serikat (AS) memberi ruang napas baru bagi sejumlah negara mitra dagang, termasuk Indonesia yang tarifnya turun dari 32 persen menjadi 19 persen. Kebijakan ini diperkirakan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) Bank Indonesia (BI) Juli Budi Winantya menegaskan, sejumlah negara yang mendapat penurunan tarif justru diproyeksikan tumbuh lebih kuat. Indonesia misalnya, bersama Eropa dan Tiongkok, mendapat penurunan tarif signifikan.
Eropa dari 50 persen menjadi 15 persen, Tiongkok dari 145 persen menjadi 41 persen. Dampaknya, proyeksi pertumbuhan ekonomi pun direvisi naik. Eropa dari 0,9 persen menjadi satu persen, Tiongkok dari 4,3 persen menjadi 4,6 persen, dan Jepang dari 0,8 persen menjadi satu persen.
"Dengan tarifnya lebih rendah, kami perkirakan mereka akan tumbuh lebih tinggi ekonominya," ujarnya di Yogyakarta, Jumat, 22 Agustus 2025.
(Ilustrasi. Foto: Dok MI)
Pertumbuhan ekonomi cermin ketahanan
Juli menyampaikan pertumbuhan ekonomi domestik sebesar 5,12 persen pada kuartal II 2025, mencerminkan ketahanan di tengah gejolak pasar keuangan global. Kinerja ini ditopang oleh tiga sumber utama, yakni investasi, konsumsi rumah tangga, dan ekspor.
Dari sisi investasi, kontribusi terbesar berasal dari penanaman modal dalam negeri yang terus menguat. Konsumsi rumah tangga juga menunjukkan peningkatan signifikan seiring dengan naiknya mobilitas masyarakat, yang tercermin dari belanja dan aktivitas wisata dalam negeri. Sementara itu, ekspor baik barang maupun jasa mencatat kinerja solid.
"Ekspor barang meningkat pada periode Juni–Juli, sementara ekspor jasa didorong peningkatan jumlah wisatawan mancanegara," ujar Juli.
Dari sisi produksi, sektor yang tumbuh kuat antara lain industri pengolahan yang naik 5,68 persen pada kuartal II 2025, sejalan dengan lonjakan ekspor. Sektor perdagangan juga mencatat pertumbuhan 5,37 persen, didukung oleh meningkatnya mobilitas dan permintaan masyarakat. Sementara informasi dan komunikasi menjadi salah satu sektor dengan kinerja tertinggi, tumbuh 7,9 persen.
Secara spasial, pertumbuhan ekonomi meningkat di seluruh wilayah Indonesia, dengan kontribusi terbesar masih datang dari Pulau Jawa. Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2025 akan berada di kisaran 4,6 persen hingga 5,4 persen.
"Pendorong utama proyeksi ini adalah investasi dan ekspor yang diperkirakan tetap kuat, terutama karena penurunan tarif dari AS," jelasnya.
Dampak dari penurunan tarif resiprokal tersebut akan memberikan keunggulan kompetitif bagi produk Indonesia dibandingkan negara lain. Selain itu, belanja pemerintah (
government spending) juga diproyeksikan lebih tinggi, sehingga turut memperkuat prospek pertumbuhan domestik.