Harga Emas Bertahan, Meski Tekanan Inflasi AS Meningkat

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Harga Emas Bertahan, Meski Tekanan Inflasi AS Meningkat

Ade Hapsari Lestarini • 13 February 2025 11:36

Jakarta: Harga emas dunia mengalami pemulihan tipis pada akhir sesi perdagangan Amerika Utara Rabu, 12 Februari 2025 waktu setempat. Kenaikan tipis ini terjadi usai Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, menegaskan kebijakan moneter perlu tetap ketat di tengah meningkatnya tekanan inflasi.

Sementara itu, ancaman tarif yang lebih tinggi dari Presiden AS Donald Trump semakin intensif, menciptakan ketidakpastian di pasar. XAU/USD diperdagangkan di sekitar USD2.897, nyaris tidak berubah dari sesi sebelumnya.

Berdasarkan analisis teknikal dari Dupoin Indonesia, Andy Nugraha, kombinasi pola candlestick dan indikator moving average yang terbentuk saat ini menunjukkan tren bullish masih mendominasi pergerakan harga emas.
 

Proyeksi pergerakan emas hari ini

 
Proyeksi pergerakan emas hari ini memperkirakan XAU/USD berpotensi naik hingga mencapai level USD2.941. Namun, jika terjadi reversal setelah kenaikan, harga emas bisa mengalami koreksi ke level USD2.882 sebagai target terdekatnya.

Meskipun Indeks Harga Konsumen (IHK) AS melonjak di atas tiga persen pada Januari, emas kembali berusaha untuk rebound pada Kamis, 13 Februari 2025 diperdagangkan di sekitar level USD2.900.

Penguatan harga emas ini terjadi meskipun ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Fed mulai menurun. Data terbaru dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) menunjukkan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan berpotensi membuat The Fed mempertahankan kebijakan ketatnya lebih lama.


Ilustrasi. Foto: Freepik

 
Baca juga: Inflasi AS Januari Memburuk, Harga Bahan Makanan dan Bensin Jadi Biang Kerok


Pada pekan lalu, kontrak berjangka suku bunga federal funds untuk Desember menunjukkan pelaku pasar mengantisipasi pelonggaran kebijakan sebesar 40 basis poin (bp). Namun, setelah rilis data IHK terbaru, ekspektasi tersebut menurun menjadi hanya 30 bp pemotongan suku bunga pada akhir tahun ini.

Hal ini berdampak pada imbal hasil obligasi pemerintah AS dan nilai tukar dolar AS (USD), yang sempat menguat tetapi kemudian kehilangan momentum pasca-rilis data inflasi, dengan indeks dolar AS (DXY) berada di level 107,98.
 

Kesaksian Ketua The Fed


Sebelumnya, Ketua The Fed Jerome Powell menyampaikan kesaksiannya di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat AS, menegaskan bahwa upaya pengendalian inflasi masih belum selesai. Pernyataan Powell diperkuat oleh Presiden The Fed Atlanta, Raphael Bostic, yang menyatakan bahwa inflasi diperkirakan baru mencapai target dua persen pada 2026.

Presiden The Fed Chicago, Austan Goolsbee, juga menambahkan, data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan pada Januari mengindikasikan perjuangan The Fed dalam menurunkan inflasi masih berlanjut.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun mengalami kenaikan sebesar 9,5 basis poin menjadi 4,635 persen. Sementara itu, imbal hasil riil AS, yang berkorelasi terbalik dengan harga emas, melonjak hampir sembilan basis poin menjadi 2,157 persen, yang menjadi hambatan bagi kenaikan harga emas. Meskipun demikian, emas masih mendapat dukungan dari ketidakpastian kebijakan moneter AS dan potensi kenaikan tarif perdagangan.

Secara keseluruhan, meskipun emas menghadapi tekanan dari data inflasi dan kebijakan The Fed yang masih ketat, tren bullish masih bertahan dalam jangka pendek. Jika momentum kenaikan harga tetap terjaga, emas berpotensi menguji level USD2.941.

Namun, apabila tekanan inflasi terus meningkat, peluang pemangkasan suku bunga The Fed akan semakin kecil, yang dapat menekan harga emas. Selain itu, jika pasar mulai meragukan keberlanjutan kebijakan ketat The Fed, emas dapat kembali menguat.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)