Mahasiswa UI Teliti Potensi Hidrogen Geologis untuk Dukung Net Zero Emission 2060

Mahasiswa UI, Deni Suryo Pratama (berdiri). Dokumentasi/ UI

Mahasiswa UI Teliti Potensi Hidrogen Geologis untuk Dukung Net Zero Emission 2060

Medcom • 15 May 2025 22:26

Depok: Deni Suryo Pratama, mahasiswa Departemen Teknik Kimia angkatan 2021, Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI), mengkaji potensi produksi hidrogen geologis di Indonesia. d

Dengan mengangkat topik 'Analisis Tekno-Ekonomi dan Evaluasi Regulasi Produksi Hidrogen Geologis di Tanjung Api, Sulawesi' melalui penelitiannya yang dilakukan di Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
 

Baca: Mukernas ke-27 IMAKAHI, Momentum Evaluasi dan Langkah Strategis Pengembangan Profesi Mahasiswa Kedokteran Hewan
 
Penelitian ini berfokus pada kawasan Tanjung Api, Sulawesi Tengah, yang berdasarkan publikasi Pusat Survei Geologi, Badan Geologi Kementerian ESDM tahun 2024, mengandung hidrogen alami mencapai 35,56 persen pada rembesan gas alamiah.

Temuan ini menjadikan Tanjung Api sebagai salah satu lokasi paling prospektif di Indonesia untuk pengembangan energi bersih berbasis hidrogen. 

Untuk memaksimalkan potensi tersebut, Deni mengusulkan penggunaan teknologi Pressure Swing Adsorption (PSA), yang mampu menghasilkan hidrogen dengan kemurnian 99,99 persen dan tingkat pemulihan 87,4 persen. Sedangkan evaluasi ekonomi dilakukan menggunakan pendekatan Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR). 

Deni menjelaskan hasil penelitiannya menunjukkan skema Gross Split – Non-Konvensional (95% untuk kontraktor dan 5% untuk pemerintah) merupakan opsi paling ekonomis. 

"Jika gas alam dijual sebagai produk sampingan, Levelized Cost of Hydrogen (LCOH) bisa ditekan hingga 3,89 USD/MMBTU. Namun, tanpa penjualan gas alam, nilai LCOH melonjak signifikan hingga 13,39 USD/MMBTU," kata Deni dalam keterangan pers, Kamis, 15 Mei  2025.

Analisis sensitivitas yang dilakukan dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa laju alir produksi menjadi faktor penting dalam menentukan kelayakan ekonomi proyek. Selain itu, skemaCost Recovery juga dinilai lebih sensitif terhadap perubahan variabel dibandingkan Gross Split, sehingga perlu perhatian khusus dalam implementasi teknis di lapangan. 

Jika hasil penelitian ini diimplementasikan secara nyata, produksi hidrogen geologis dari wilayah seperti Tanjung Api dapat menjadi alternatif energi bersih yang berkelanjutan sekaligus mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor energi fosil,”ujar Deni. 

Selain mendukung target Net Zero Emission 2060, teknologi ini juga berpotensi menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan kapasitas riset nasional, dan menyediakan sumber energi ramah lingkungan bagi industri maupun masyarakat umum, terutama di wilayah timur Indonesia yang kaya sumber daya namun minim infrastruktur energi. 

Sebagai pengembangan dari penelitian ini, Deni mengusulkan pembentukan Center of Hydrogen Excellence Indonesia, yaitu pusat kolaborasi antara akademisi, pemerintah, industri, dan masyarakat dalam memperkuat riset dan inovasi teknologi hidrogen, pengembangan SDM, serta mendorong transisi energi menuju target Net Zero Emission 2060. Deni berharap studi ini dapat menjadi rujukan awal untuk kebijakan strategis ke depan.

"Penelitian ini memiliki nilai kebaruan yang sangat tinggi karena menjadi salah satu studi pertama di Indonesia yang mengkaji hidrogen alami dari sisi kelayakan teknis dan ekonomis," jelas Dosen pembimbing penelitian, Cindy Dianita.

Menurut dia saat ini hasil penelitian juga tengah dijadikan salah satu referensi oleh Kementerian ESDM dalam proses 
penyusunan regulasi terkait pengembangan hidrogen di Indonesia.

"Ini membuktikan bahwa riset di tingkat mahasiswa pun bisa memberikan dampak nyata terhadap arah kebijakan nasional," ungkapnya.

Dekan FTUI, Kemas Ridwan Kurniawan, turut memberikan apresiasi atas capaian tersebut. "Penelitian ini menjadi tonggak penting dalam eksplorasi sumber energi baru di Indonesia," ungkapnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Deny Irwanto)