Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Foto: dok IDEA.
Ade Hapsari Lestarini • 4 December 2025 22:08
Jakarta: Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 2025 kembali akan digelar selama tujuh hari, yakni 10-16 Desember, sebagai upaya memberi dampak positif ekonomi yang massif. Kondisi ekonomi nasional yang tumbuh sebesar 5,04 persen secara tahunan (yoy) pada triwulan III-2025 diyakini akan mampu mendorong kenaikan transaksi pada gelaran belanja tahunan ini.
Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) dan Pemerintah kembali mempersembahkan periode diskon untuk produk lokal di sepanjang Harbolnas 2025. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian bersama Kementerian Perdagangan, mengawal langsung perjalanan Harbolnas 2025.
"Komitmen pemerintah sangat kuat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selama lebih dari satu dekade, Harbolnas telah terbukti efektif dalam mendorong aktivitas belanja digital," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dalam keterangan resmi, Kamis, 4 Desember 2025.
Airlangga memaparkan, pada 2024, program ini mencatat transaksi Rp31,2 triliun dengan kontribusi produk lokal sebesar Rp16,1 triliun atau 51,6 persen. Di 2025 ini, Harbolnas menargetkan peningkatan transaksi setidaknya 10 persen dibanding tahun lalu, yakni Rp35 triliun serta mendorong partisipasi 1.000 pelaku UMKM.
"Program ini untuk mendorong pertumbuhan di Desember. Jadi bersama dengan program EPIC Sale. Kemudian program BINA Great Sale, Belanja di Indonesia Aja. Nah target spending di Desember Rp110 triliun. Jadi harapannya ini bisa jadi mengungkit pembelian. Kemudian tentu produk lokal kita harapkan bisa ditingkatkan," ujar Menko Airlangga.
Airlangga berharap adanya kegiatan ini akan membuat mobilitas masyarakat menjadi tinggi. Dia mengatakan, jumlah orang Indonesia yang berkeliling untuk liburan akhir tahun juga bisa meningkat.
"Karena ini diharapkan pertumbuhan di Desember ini atau di kuartal keempat, Indonesia berharap pertumbuhannya range-nya antara 5,4 sampai 5,6 persen. Jadi konsumsi diharapkan menjadi pengungkit," ujar dia.