Anak-anak Palestina yang dirawat di rumah sakit. Foto: Middle East Eyes
Fajar Nugraha • 11 November 2023 10:47
Gaza: Israel terus mengincar rumah sakit sebagai target serangan mereka. Israel memfokuskan pengeboman mereka di wilayah sekitar Rumah Sakit Al-Shifa dan beberapa rumah sakit lainnya di Gaza.
"Pendudukan Israel memfokuskan pengeboman mereka di daerah sekitar Al-Shifa dan rumah sakit lain di Kota Gaza dan Gaza utara,” ujar Juru Bicara Kementerian Kesehatan Palestina, Ashraf al-Qudra, seperti dikutip Middle East Eye, Sabtu 11 November 2023.
Pertempuran jalanan sedang berlangsung dalam jarak 500 meter dari rumah sakit, kata seorang jurnalis lokal di lokasi kejadian kepada Middle East Eye.
Sementara Al-Qudra menambahkan bahwa ambulans tidak dapat meninggalkan rumah sakit karena pengeboman besar-besaran.
Pasukan Israel mengebom bangsal bersalin dan klinik rawat jalan di rumah sakit tersebut pada Jumat pagi, menewaskan dan melukai banyak orang.
“Mereka kemudian secara paksa mengusir puluhan ribu orang dari Gaza utara, termasuk banyak orang yang berada di dalam Al-Shifa,” imbuh Al-Qudra.
Namun, al-Qudra mengatakan hingga Jumat 10 November 2023 malam, hingga 30.000 orang masih berada di rumah sakit, termasuk banyak dokter, pasien, dan orang lain yang berlindung.
Di seluruh Kota Gaza dan Gaza utara, ratusan ribu warga sipil lainnya menolak untuk pergi, karena apa yang mereka katakan adalah kurangnya jaminan keamanan atau kepulangan dari militer Israel.
Militer Israel telah melancarkan serangan udara, tembakan artileri, dan tembakan tanpa henti selama hampir tiga jam di dekat rumah sakit al-Shifa pada Jumat.
Sebagian besar pemboman tersebut menargetkan kamp pengungsi al-Shati dan Jalan Nasser, menurut laporan media lokal.
Kedua lokasi tersebut hanya berjarak beberapa meter dari al-Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza.
Militer Israel juga telah menembakkan sejumlah besar fosfor putih di sekitarnya.
Seorang dokter Palestina yang berbicara dari Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza mengatakan situasinya sekarang terasa seperti zona perang.
Dr Ahmad al-Mukhlallati, berbicara kepada Al Jazeera mengatakan, pengeboman Israel adalah yang paling parah yang dirasakan oleh orang-orang di rumah sakit sejak dimulainya perang.
Seorang jurnalis lokal di lokasi kejadian mengatakan penembakan telah berlangsung selama lebih dari dua jam di daerah dalam jarak 500 meter dari rumah sakit.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, dalam pertemuan darurat di Dewan Keamanan PBB bahwa situasi di Gaza sangat mengerikan sehingga “tidak mungkin untuk digambarkan”.
“Koridor rumah sakit penuh dengan orang yang terluka, orang sakit, orang sekarat; kamar mayat meluap; Operasi tanpa anestesi,” kata Ghebreyesus.
Dalam postingan media sosial selanjutnya di X, sebelumnya Twitter, Ghebreyesus mengatakan bahwa WHO "sangat terganggu dengan laporan serangan udara di sekitar rumah sakit Al-Shifa", kompleks medis terbesar di Gaza.
“Banyak petugas kesehatan yang kami hubungi terpaksa meninggalkan rumah sakit untuk mencari keselamatan. Yang lain melaporkan tidak dapat bergerak karena ketidakamanan yang parah. Banyak dari ribuan orang yang berlindung di rumah sakit terpaksa mengungsi karena risiko keamanan, sementara itu banyak yang masih tinggal di sana."
Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) memperingatkan melalui media sosial bahwa Rumah Sakit Al-Quds di Gaza berisiko ditutup karena kekurangan bahan bakar.
“Rumah Sakit Al-Quds berisiko ditutup dalam 3 jam mendatang karena menipisnya persediaan bahan bakar dan tidak datangnya bantuan,” kata PRCS di X. Postingan itu diterbitkan lebih dari tiga jam lalu.
Direktur Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, Munir al-Bursh, mengumumkan bahwa kuburan massal akan digali di Rumah Sakit Al-Shifa pada hari Sabtu untuk menguburkan orang-orang yang telah terbunuh sejauh ini di rumah sakit tersebut, menurut beberapa outlet berita Palestina.
Bursh mengatakan kuburannya akan digali di halaman rumah sakit “karena kami tidak bisa keluar untuk menguburkan mereka”.