Kolombia Enggan Beli Senjata dari Israel Usai Pembantaian di Gaza

Ilustrasi: Medcom.id

Kolombia Enggan Beli Senjata dari Israel Usai Pembantaian di Gaza

Fajar Nugraha • 1 March 2024 11:10

Bogota: Presiden Kolombia, Gustavo Petro mengumumkan pemerintahannya akan menghentikan semua akuisisi senjata buatan Israel. Penghentian ini merupakan sebagai tanggapan atas genosida yang dilakukan Israel sehingga menyebabkan lebih dari seratus warga Palestina tewas saat mengantre makanan di Gaza.

 

“Dunia harus menghentikan Netanyahu. Kolombia menangguhkan semua pembelian senjata dari Israel,” katanya dikutip dari Malay Mail pada Jumat, 1 Maret 2024. 

 

Israel adalah salah satu penyedia utama senjata bagi pasukan keamanan negara Amerika Selatan, yang terlibat dalam konflik selama puluhan tahun dengan gerilyawan sayap kiri, paramiliter sayap kanan, dan kartel narkoba.

 

Petro menyampaikan pernyataannya tersebut pada Kamis 29 Februari 2024, setelah pasukan Israel menembaki warga Palestina yang berusaha mendapatkan bantuan pangan. Kekacauan ini menewaskan sebanyak lebih dari 100 warga dan beberapa luka-luka. 

 

Sebuah sumber Israel mengakui bahwa tentara Israel telah melepaskan tembakan ke arah kerumunan yang menimbulkan ancaman. 

 

“Meminta makanan, lebih dari 100 warga Palestina dibunuh oleh (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu. Ini disebut genosida dan mengingatkan Holocaust,” tulis Petro di X.

 

Militer dan polisi Kolombia selama beberapa dekade telah menggunakan senapan, pistol, dan rudal dari Israel. Angkatan udaranya memiliki sekitar 20 pesawat tempur Kfir, dan negara tersebut memiliki hak untuk memproduksi senapan otomatis Galil dan rudal Spike di bawah paten Israel.

 

Petro, seorang kritikus kampanye Israel di Gaza, telah berdebat sengit dengan duta besar negara tersebut di Bogota, Gali Dagan.

 

Pada Oktober, hanya beberapa hari setelah dimulainya perang, Israel mengatakan pihaknya menghentikan ekspor keamanan ke Kolombia. Hal ini dilakukannya setelah Petro menuduh Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menggunakan bahasa yang mirip dengan apa yang dikatakan Nazi tentang orang-orang Yahudi, tentang masyarakat Gaza.

 

Presiden sayap kiri pertama Kolombia itu juga menegaskan bahwa masyarakat demokratis tidak bisa membiarkan Nazisme kembali berkuasa dalam politik internasional.

 

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, jumlah korban dalam insiden hari Kamis ini bertambah hingga 30.000 orang, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. (Nabila Ramadhanty Putri Darmadi)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)