Harga Minyak Stabil di Tengah Gangguan Pasokan Libya

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Harga Minyak Stabil di Tengah Gangguan Pasokan Libya

Husen Miftahudin • 29 August 2024 10:39

Jakarta: Harga minyak hari ini cenderung stabil setelah mengalami fluktuasi yang cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi harga minyak ini termasuk penarikan persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang lebih kecil dari perkiraan, kekhawatiran yang terus-menerus mengenai permintaan dari Tiongkok, serta gangguan pasokan dari Libya.

Analisa Dupoin Indonesia Andy Nugraha mencatat, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik tipis sebesar delapan sen atau 0,1 persen menjadi USD74,60 pada perdagangan Kamis pagi. Meskipun demikian, kontrak minyak ini telah mengalami penurunan lebih dari satu persen pada Rabu sebelumnya.

"Penurunan ini terjadi setelah data menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS turun hanya sebesar 846 ribu barel menjadi 425,2 juta barel, lebih rendah dari ekspektasi para analis yang memproyeksikan penurunan sebesar 2,3 juta barel," papar Nugraha dikutip dari analisis harian, Kamis, 29 Agustus 2024.

Menurut dia, penarikan persediaan yang lebih kecil dari yang diharapkan ini menambah tekanan pada harga minyak, terutama di tengah kekhawatiran yang terus berlanjut atas permintaan dari Tiongkok. Sebagai konsumen minyak terbesar di dunia, kondisi ekonomi Tiongkok memiliki dampak signifikan terhadap pasar minyak global.

"Ketidakpastian terkait permintaan dari negara ini membuat para pelaku pasar cenderung lebih berhati-hati dalam mengambil posisi," papar dia.

Namun, lanjut Nugraha, tidak semua faktor fundamental memberikan tekanan ke bawah pada harga minyak. Gangguan pasokan dari Libya menjadi salah satu elemen yang menahan penurunan harga lebih lanjut. Sejumlah ladang minyak di Libya telah menghentikan produksi di tengah perebutan kendali atas bank sentral negara itu.

Diperkirakan, gangguan produksi ini mencapai antara 900 ribu hingga satu juta barel per hari selama beberapa minggu mendatang. Masalah di sisi pasokan ini menambah ketidakpastian di pasar, terutama karena produksi Libya telah berkurang lebih dari setengahnya minggu ini akibat pertikaian politik yang semakin memanas.
 

Baca juga: Cadangan Minyak AS Turun Bikin Harga Minyak Dunia Ikut Merosot
 

Harga minyak WTI berpotensi turun


Andy Nugraha menambahkan, masalah pasokan dari Libya memang memberi dukungan pada harga, namun dengan tren bullish yang semakin memudar. "Kita perlu mewaspadai potensi penurunan harga lebih lanjut," tutur dia.

Melihat kondisi saat ini, Nugraha memperkirakan harga minyak WTI berpotensi turun hingga ke level USD73,5 dalam waktu dekat. Namun, Nugraha juga mencatat jika harga minyak berhasil rebound dari level support tersebut, maka potensi kenaikan kembali bisa terjadi.

"Jika harga gagal turun dan justru melakukan rebound, maka kenaikannya bisa mencapai USD75,4 sebagai target terdekat," terang dia.

Selain itu, harapan bank sentral AS akan mulai memangkas suku bunga bulan depan juga dapat memberikan dukungan tambahan bagi harga minyak. Presiden Federal Reserve Bank of Atlanta Raphael Bostic mengisyaratkan inflasi yang semakin turun dan peningkatan pengangguran yang lebih besar dari perkiraan mungkin menjadi alasan bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga.

Suku bunga yang lebih rendah cenderung mengurangi biaya pinjaman, yang pada gilirannya dapat meningkatkan aktivitas ekonomi dan permintaan minyak.

Secara keseluruhan, menurut Nugraha, pasar minyak saat ini berada di bawah tekanan dari berbagai faktor, termasuk ketidakpastian permintaan dari Tiongkok, penarikan persediaan minyak mentah AS yang lebih kecil dari ekspektasi, serta gangguan pasokan dari Libya.

"Namun, peluang untuk rebound tetap ada, terutama jika ada perkembangan positif dalam kebijakan moneter AS atau jika ketegangan di Libya mereda," jelas Nugraha.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)