Ketua Presidium JARI '98, Willy Prakarsa. Dokumentasi/ istimewa
Deny Irwanto • 5 August 2024 19:34
Jakarta: Sejumlah tokoh masyarakat dan agama mengimbau masyarakat tidak terlalu larut dalam polemik kasus pembunuhan Vina dan Eky di Cirebon, Jawa Barat, yang telah rampung secara hukum. Ketua Presidium JARI '98, Willy Prakarsa, mengatakan dominan dari film kisah Vina hanya fiksi.
"Setelah saya amati dan cermati, 89 persen dari film itu adalah fiksi. Kalau sekarang di media mengangkat film itu, saya dan kawan-kawan sebagai aktivis apresiasi para pekerja seni, tapi kejadiannya sudah lama dan secara yuridis sudah selesai, tak perlu diungkit," kata Willy dalam keterangan pers, Senin, 5 Agustus 2024.
Willy membahas kasus yang telah tuntas hanya akan membuang tenaga, pikiran, dan waktu. "Orang yang sudah almarhumah kita angkat-angkat kembali, malah seperti pepesan kosong. Idealnya, kita doakan bersama almarhumah," jelasnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Al Hidayah Cisantri, Pandeglang, Banten, Abuya Asep Nafis Imron Bustomi, juga angkat bicara mengenai fenomena ini.
"Kasus Vina ini mungkin bermula dari seseorang yang kesurupan kemudian viral karena adanya film. Kalau orang yang kesurupan itu, roh orang yang sudah meninggal tidak mungkin masuk ke dalam tubuh orang yang masih hidup. Yang masuk ke tubuh manusia adalah golongan jin," ungkap Abuya Asep.
Abuya Asep menekankan bahwa fenomena kesurupan tidak bisa dijadikan alat bukti dalam kasus ini. Untuk itu sebaiknya doakan saja almarhumah Vina. "Orang kesurupan tidak bisa dijadikan petunjuk atau referensi. Ini adalah jenis setan yang pengangguran," bebernya.