Ekonomi RI Tetap Resilien, Angka Kemiskinan Turun dan Neraca Perdagangan Surplus

Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Ekonomi RI Tetap Resilien, Angka Kemiskinan Turun dan Neraca Perdagangan Surplus

Annisa Ayu Artanti • 20 July 2023 13:48

Jakarta: Resiliensi perekonomian nasional dinilai terus terjaga. Hal itu terlihat dari penurunan tingkat kemiskinan dan tren neraca perdagangan yang terus surplus.

Dalam rilis terbaru pada 17 Juli 2023, Badan Pusat Statistik mengumumkan tingkat kemiskinan melanjutkan tren penurunan menjadi 9,36 persen per Maret 2023. Sebelumnya pada September 2022 tingkat kemiskinan masih di level 9,57 persen.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu menjelaskan, angka itu lebih rendah dibanding angka prapandemi per Maret 2019 yang sebesar 9,41 persen meskipun masih sedikit di atas titik terendah pra pandemi per September 2019 yang sebesar 9,22 persen.

Jumlah penduduk miskin pada Maret 2023 adalah sebesar 25,90 juta orang, turun 0,46 juta orang dari September 2022. Secara akumulatif, sejak Maret 2021 hingga Maret 2023 tercatat 1,6 juta orang yang berhasil keluar dari garis kemiskinan.

Secara spasial, tingkat kemiskinan per Maret 2023 menurun baik di perkotaan maupun di pedesaan.

“Penurunan angka kemiskinan pada Maret 2023 ini sejalan dengan terus menguatnya aktivitas ekonomi, menurunnya angka pengangguran, serta inflasi yang semakin terkendali," katanya dalam keterangan resmi yang dikutip Kamis, 20 Juli 2023.

Penurunan tingkat kemiskinan itu tak terlepas dari penyaluran bansos triwulan I-2023 yang efektif dengan realisasi Program Keluarga Harapan (PKH) mencapai 89,3 persen, sementara Kartu Sembako mencapai 86,5 persen.

Pada Maret 2023, pemerintah juga menggulirkan tambahan bantuan pangan beras dalam rangka menjaga akses pangan rumah tangga miskin dan rentan serta menjaga stabilitas harga pangan.
"Pemerintah terus berkomitmen untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi, menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas, dan menjaga stabilitas inflasi sehingga dapat mengakselerasi penurunan tingkat kemiskinan hingga di bawah level prapandemi,” ujar Febrio.

Disamping itu, ia juga melanjutkan, tren penurunan kemiskinan ini sejalan dengan fokus kebijakan jangka pendek Pemerintah untuk mempercepat penurunan kemiskinan ekstrem menjadi 0 persen pada 2024.

"Dalam jangka panjang, penurunan kemiskinan akan menjadi pijakan untuk mencapai cita-cita Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi sebelum tahun 2045,” imbuh Febrio.

Sementara itu, neraca perdagangan Indonesia di bulan Juni 2023 mencatatkan surplus sebesar USD3,45 miliar, dengan ekspor sejumlah USD20,61 miliar dan impor sejumlah USD17,15 miliar.

Menurutnya, dengan total surplus perdagangan Indonesia itu secara kumulatif sejak Januari hingga Juni 2023 mencapai USD19,93 miliar.

Capaian itu menandakan surplus neraca perdagangan Indonesia telah terjadi selama 38 bulan berturut-turut.

“Kinerja neraca perdagangan Indonesia yang tetap mencatatkan surplus menunjukkan posisi keseimbangan eksternal Indonesia yang tetap kuat di tengah tren pelemahan pertumbuhan global, termasuk moderasi harga komoditas," ucap Febrio.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)