Kronologi Meninggalnya Ibu Hamil di Jayapura Irene Sokoy Versi Kemenkes

Ilustrasi ibu hamil. Foto: Dok. Unsplash.com.

Kronologi Meninggalnya Ibu Hamil di Jayapura Irene Sokoy Versi Kemenkes

M. Iqbal Al Machmudi • 27 November 2025 17:26

Jakarta: Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan investigasi terhadap kasus Irene Sokoy, seorang ibu hamil yang diduga ditolak oleh 4 rumah sakit (RS) sehingga pasien meninggal dunia. Dari hasil investigasi tersebut ditemukan kekurangan yang dilakukan setiap RS.

Direktur Mutu Pelayanan Kesehatan, drg. Yuli Astuti Saripawan menceritakan kronologis kasus meninggal Irene berawal dari pasien sudah melakukan  pemeriksaan kehamilan (ANC) di puskesmas, kemudian satu kali melakukan pemeriksaan di dokter spesialis obgyn yang ada di Youwari, Kabupaten Jayapura, Papua, hasil riwayat pasien bahwa kondisi bayinya besar. 

"Pada tanggal 16 November pasien datang dengan kondisi sakit. Kemudian ingin melahirkan di RSUD Youwari. Kebetulan dokter spesialis obgyn tidak ada saat itu karena sedang berada di Sulawesi untuk mengikuti seminar. Kemudian diterima oleh bidan," kata Sari dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis, 27 November 2025.

Dokter spesialis obgyn di RSUD Youwari sedang mengikuti seminar dan dokter lainnya sedang menempuh pendidikan lanjutan.

"Dia ingin melakukan persalinan normal, setelah ditolong kurang lebih lima jam ternyata tidak bisa, kemungkinan karena bayinya besar maka terjadi komplikasi, disarankan untuk dilakukan cesar," ujarnya
 


Karena tidak ada dokter yang bertugas maka dirujuk ke rumah sakit yang kedua, yaitu RS Dian Harapan. Sayangnya di RS tersebut tidak memiliki dokter anestesi dan juga ruang NICU yang penuh.

Sari menyebut pasien belum sempat turun dari mobil, langsung tancap gas untuk dirujuk ke RS lain. Dengan inisiatif, maka dirujuk ke RS Abepura, sayangnya 4 kamar operasi di RS tersebut sedang dilakukan perbaikan secara bersamaan. Sehingga tidak bisa  dilakukan operasi cesar.

Akhirnya dipindah lagi ke RS Bayangkara. Di RS keempat tersebut ada dokter obgyn, ada dokter anestesi, dan ruang operasi tersedia, tetapi tidak ada kelas tiga rawat inap. 

Rumah sakit. Foto: Ilustrasi Medcom.id

Kemudian disarankan untuk masuk ke rawat inap pelayanan VIP dan diminta pembiayaan sekitar Rp3-4 juta. Karena masalah ekonomi, kata dia, keluarga memutuskan agar pasien dirujuk ke RS Dok II.

"Di perjalanan, pasien tersebut terjadi kejang. Kemudian diputuskan oleh bidan mencari RS yang terdekat yaitu kembali ke RS Bayangkara," ungkapnya.

Setelah turun dari mobil, pasien diberi dan dilakukan resusitasi jantung paru (RJP). Kemudian, pasien meninggal dunia.

"Saya tambahkan, kebetulan di RS Dian Harapan tidak ada dokter anestesi. Kalau di RS Abepura tidak ada dokter yang definitif hanya dokter paruwaktu, seperti itu dalam seminggu 3 kali hadirnya," pungkasnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(M Sholahadhin Azhar)