Pengungsi Gaza yang kini dihadapkan kesulitan akibat cuaca buruk. Foto: Anadolu
Eropa, Kanada, dan Jepang, Khawatirkan Krisis Kemanusiaan Gaza
Fajar Nugraha • 31 December 2025 11:54
London: Selasa, 30 Desember, delapan negara Eropa bersama Kanada dan Jepang menyatakan kekhawatiran mendalam atas kembali memburuknya situasi kemanusiaan di Jalur Gaza. Para menteri luar negeri dari sepuluh negara tersebut menyoroti kondisi Gaza yang diperparah oleh musim dingin.
Negara-negara yang terlibat dalam pernyataan ini meliputi Kanada, Denmark, Finlandia, Prancis, Islandia, Jepang, Norwegia, Swedia, Swiss, dan Inggris. Mereka mencatat bahwa, sekitar 1,3 juta warga Gaza saat ini membutuhkan bantuan tempat tinggal darurat di tengah ancaman kelaparan yang kian nyata.
Para menteri luar negeri memperingatkan adanya risiko penutupan paksa operasi kemanusiaan di Gaza dan Tepi Barat dalam waktu 60 hari. Hal ini disebabkan oleh persyaratan pendaftaran baru dari otoritas Israel yang sangat restriktif bagi organisasi non-pemerintah (NGO) internasional.
"Kebijakan ini akan berdampak buruk pada akses layanan penting, termasuk perawatan kesehatan," tulis pernyataan tersebut, seperti dikutip Anadolu, Rabu, 31 Desember 2025.
Mereka mendesak Israel untuk memastikan PBB dan mitra kemanusiaan lainnya, termasuk UNRWA, dapat bekerja tanpa hambatan guna menyalurkan bantuan secara netral dan independen.
Sepuluh negara tersebut meminta Tel Aviv untuk segera membuka pintu perbatasan dan meningkatkan volume bantuan. Mereka menetapkan target masuknya bantuan sebanyak 4.200 truk per minggu sebagai batas minimum yang tidak boleh dikurangi.
"Target 250 truk PBB per hari harus menjadi ambang batas bawah, bukan batas maksimal. Pembatasan ini harus dicabut agar pasokan vital dapat masuk dalam skala besar sesuai kebutuhan," tegas para menteri.
Meskipun gencatan senjata telah berlaku sejak 10 Oktober, Israel dilaporkan masih menutup akses masuk untuk rumah prefabrikasi dan material rekonstruksi. Hal ini memperburuk krisis bagi lebih dari dua juta penduduk Gaza.
Berdasarkan data resmi Palestina, sedikitnya 414 orang di Gaza tewas sejak kesepakatan gencatan senjata dimulai. Secara total, serangan Israel sejak Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 71.000 warga Palestina, yang mayoritas adalah perempuan dan anak-anak.
(Kelvin Yurcel)