Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa. (tangkapan layar TV Parlemen)
Insi Nantika Jelita • 11 September 2025 10:35
Jakarta: Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan pengalaman krisis moneter 1998 harus menjadi pelajaran berharga agar tidak terulang kembali di tengah tekanan ekonomi global yang penuh ketidakpastian.
Menurut dia, krisis tersebut telah meluluhlantakkan perekonomian nasional karena kesalahan dalam pengelolaan kebijakan moneter. Saat itu, Bank Indonesia menaikkan suku bunga hingga lebih dari 60 persen untuk mempertahankan nilai rupiah. Kebijakan ini dipersepsikan sebagai pengetatan moneter.
Namun pada saat yang sama, jumlah uang primer (base money) justru melonjak hingga 100 persen akibat pencetakan uang besar-besaran. Hal ini menjadi kontradiktif. Di satu sisi bunga tinggi menghancurkan sektor riil, di sisi lain likuiditas berlimpah justru dimanfaatkan untuk menyerang rupiah.
"1997, 1998, kita melakukan kesalahan yang fatal. Pada waktu itu, BI menaikkan bunga sampai 60 persen lebih untuk menjaga rupiah," ujar Menkeu dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, dikutip Kamis, 11 September 2025.
Purbaya mengatakan kebijakan moneter yang tidak terarah itu menjadi pemicu utama keruntuhan perekonomian Indonesia pada 1998.
"Kalau kita melahirkan kebijakan kacau yang keluar adalah setan-setannya dari kebijakan itu. Bunga yang tinggi menghancurkan riil sektor, uang yang banyak dipakai untuk serang nilai tukar rupiah kita. Jadi, kita membiayai kehancuran ekonomi kita tanpa sadar," tegas dia.
Baca juga:
Jaga Kredibilitas, Ini PR Buat Menkeu Purbaya |