Dewan Keamanan PBB dalam sebuah pertemuan. Foto: EFE-EPA
Muhammad Reyhansyah • 28 August 2025 10:11
New York: Sebanyak 14 dari 15 anggota Dewan Keamanan PBB (DK PBB) menyatakan bahwa kelaparan yang melanda Jalur Gaza merupakan ‘krisis buatan manusia’, dengan hanya Amerika Serikat (AS) yang menolak frasa tersebut.
Dalam pernyataan bersama, mereka menegaskan bahwa penggunaan kelaparan sebagai senjata perang dilarang oleh hukum humaniter internasional.
Dikutip dari Sky News, Kamis, 28 Agustus 2025, mereka menyerukan gencatan senjata segera, tanpa syarat, dan permanen, pembebasan seluruh sandera yang ditahan Hamas dan kelompok lainnya, peningkatan besar-besaran bantuan kemanusiaan ke seluruh Gaza, serta desakan agar Israel segera mencabut semua pembatasan distribusi bantuan.
Integrated Food Security Phase Classification (IPC) pekan lalu menyatakan Gaza dan sekitarnya resmi mengalami kelaparan. Saat ini 514.000 warga, hampir seperempat populasi Gaza, berada dalam kondisi kelaparan, dengan proyeksi meningkat menjadi 641.000 orang pada akhir September.
Israel menolak temuan itu dan meminta IPC menarik kembali laporannya, menyebut survei tersebut bias dan didasarkan pada data parsial dari Hamas tanpa mempertimbangkan masuknya pasokan makanan terbaru.
Di Washington, mantan PM Inggris Tony Blair dan mantan utusan Timur Tengah Jared Kushner menghadiri rapat kebijakan bersama Presiden AS Donald Trump untuk membahas perang Gaza. Menurut seorang pejabat senior, agenda mencakup peningkatan pengiriman bantuan pangan, krisis sandera, serta rencana pascaperang.
Sementara itu, juru bicara IDF berbahasa Arab, Avichay Adraee, mengatakan, evakuasi Gaza tidak terelakkan. Ia berjanji keluarga yang pindah ke selatan akan menerima bantuan kemanusiaan “yang paling melimpah”.
Kelompok bantuan memperingatkan bahwa perluasan ofensif Israel justru akan memperparah krisis kemanusiaan.
Kemarin, kemarahan internasional meningkat setelah serangan ganda Israel menghantam sebuah rumah sakit di Khan Younis, menewaskan sedikitnya 22 orang, termasuk jurnalis dan petugas medis.
Perang dimulai pada 7 Oktober 2023, ketika militan Hamas menyerbu Israel selatan, menewaskan sekitar 1.200 orang, mayoritas warga sipil dan menyandera 251 orang.
Sejak itu, ofensif Israel telah menewaskan hampir 63.000 warga Palestina, menurut kementerian kesehatan di Gaza yang dikelola Hamas. Sekitar setengah korban disebut wanita dan anak-anak.