Suasana I’tikaf di Masjid I’tikaf Kampung Maghfirah, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dokumentasi/ istimewa
Bogor: Sekitar 800 orang menghabiskan 10 hari terakhir Ramadan di Masjid I’tikaf Kampung Maghfirah, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Warga dari Jabodetabek, Bandung, dan berbagai daerah seperti padang, Palembang, Bengkulu, Kalimantan, Aceh bahkan ada yang datang dari kupang dan Papua.
Kebanyakan peserta mengaku I’tikaf di masjid tersebut lantaran tempatnya yang nyaman dan bisa beribadah seakan ibadah di Masjid Nabawi.
"Masjidnya nyaman, bersih dan yang lebih penting lelah ibadah yang panjang seperti tak terasa, karena kami dibimbing dengan sangat baik oleh para guru. Imam-imam sholatnya juga begitu merdu suaranya seperti sholat di Masjidil Haram, hingga tak terasa, air mata kerap berlinang dibuatnya," kata salah seorang peserta I’tikaf asal Aceh, Melinda, Jumat, 28 Maret 2025.
Sementara Yobi, peserta asal Depok mengatakan kenyamanan ibadah terjamin dengan pelayanan para pengurus dan santri yang sigap, ramah dan bersahabat.
Lain lagi dengan Rasyid, orang tua santri MILBoS (Maghfirah Islamic Leadership Boarding School). Ayah 3 anak yang tidak pernah melewatkan waktu ber’itikaf selama 4 tahun terakhir ini juga mengaku punya kesan mendalam saat hendak berbuka puasa di sini.
"10 menit jelang berbuka puasa seluruh peserta I’tikaf sudah berkumpul di hadapan menu ta’jil. Sambil menunggu azan berkumandang kami semua berdoa dibimbing oleh Syaikh dan Ustadz dengan doa yang sangat dalam dan menyentuh kalbu. Kami dengan khusyuk bermunajat di waktu mustajab, berharap semoga doa-doa terbaik kami dikabulkan Allah," tuturnya.
Masjid I’tikaf yang berdiri di kawasan berhawa sejuk di kaki gunung Pangrango ini menjadi tempat yang sangat syahdu dan khusyu untuk beribadah puasa dan memburu malam Lailatul Qadr di 10 hari terakhir Ramadan.
Masjid ini juga menyediakan fasiltas yang cukup memadai seperti kasur, bantal, dan selimut untuk jamaah beristirahat, toilet yang bersih dengan air hangat untuk keperluan mandi. Pengurus masjid juga menyediakan konsumsi untuk sahur dan berbuka puasa dengan menu nusantara yang khas.
Untuk menjaga kesehatan para peserta, panitia juga menyiagakan tenaga dokter dan tenaga kesehatan yang mendampingi peserta selama beri’tikaf.
Sisa waktu Ramadan seakan tak terbuang sia-sia karena jadwal yang ketat diisi dengan ibadah wajib dan sunnah seperti salat wajib 5 waktu, puasa, tadarus Al-Qur’an. Salat sunah yang terjaga dan terbimbing.
Ketua panitia I’tikaf, Ustadz Isymal, menjelaskan dalam sehari sekurangnya 5 juz seluruh peserta membaca Al-Qur’an secara bersama-sama.
"Kita Salat tarawih 1 juz, tahadjut 1 juz dan tadarus Al-Qu’an 3 juz, itu diluar membaca Al-Qur’an yang menjadi target pribadi setiap peserta," ungkap Isymal.
"Disini, paling tidak jama’ah bisa khatam Al-Qur’an sebanyak 5 kali atau lebih dalam 10 hari terakhir ini," ungkap Ustaz Lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Pendidikan Islam ini.
Di antara waktu I’tikaf para peserta juga mendapatkam materi keislaman seperti tadabbur Al-Qur’an, fikih, hadits, sejarah, tafsir, dan materi parenting yang dibimbing para masyaikh seperti Syekh Riyadh, seorang Doktor ahli fikih asal Suriah, Syekh Ali seorang doktor pakar akidah lulusan Madinah, DR Ahmad Hatta, M.A founder dan pembina Kampung Maghfirah, dan para asatidzah praktisi dan spesialis parenting seperti Ustaz Deka Kurniawan, Ustaz Bendri Jaysurohman, Ayah Irwan dan Bunda Ely Risman.