Ilustrasi, hilirisasi nikel. Foto: dok Freeport Indonesia.
Husen Miftahudin • 28 October 2025 12:55
Jakarta: Wakil Menteri Investasi (Wameninves) dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Todotua Pasaribu meyakini hilirisasi yang dijalankan saat ini memberikan efek berganda yaitu membuat transisi energi menuju energi hijau (green energy) lebih murah.
Dirinya menyatakan hal itu karena tantangan dalam transisi menuju energi hijau yaitu masih tingginya biaya produksi akibat rantai pasok yang belum efisien.
"Produksi green energy sekarang kita ini levelnya masih mahal, karena supply chain-nya masih mahal. Maka masuknya kita ke hilirisasi sebenarnya adalah strategi untuk me-manage cost our green energy," kata Todotua di Jakarta, dikutip dari Antara, Selasa, 28 Oktober 2025.
Ia mencontohkan industri pembangkit listrik tenaga surya, yang membutuhkan komponen utama yakni solar sel. Menurut dia dengan membangun industri hilir solar panel secara domestik membuat biaya produksi energi hijau bisa ditekan.
"Bagaimana kita bisa menghadirkan industri atau downstreaming solar panel di negara kita yang kompetitif, sehingga nanti secara supply chain memberikan kontribusi terhadap harga green energy kita yang murah," ujar dia.
| Baca juga: Punya Cadangan 42% Dunia, Hilirisasi Angkat Ekspor Nikel RI |
