Kedubes AS di Irak Dievakuasi, Israel Dilaporkan Siap Sepenuhnya Menyerang Iran

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara dalam konferensi pers di Yerusalem, 2 September 2024. (EPA-EFE/OHAD ZWIGENBERG / POOL)

Kedubes AS di Irak Dievakuasi, Israel Dilaporkan Siap Sepenuhnya Menyerang Iran

Riza Aslam Khaeron • 12 June 2025 13:17

Washington DC: Situasi di Timur Tengah kian memanas. Melansir CBS News, beberapa pejabat Amerika Serikat menyatakan bahwa Israel telah berada dalam posisi siap sepenuhnya untuk melancarkan serangan ke Iran.

Sumber internal menyebutkan bahwa Washington telah diinformasikan bahwa Tel Aviv tinggal menunggu lampu hijau untuk mengeksekusi operasi tersebut.

"Israel sepenuhnya siap untuk meluncurkan operasi ke Iran," ungkap sumber CBS News, 12 Juni 2025.

Laporan NBC News turut menguatkan informasi tersebut. Lima sumber yang mengetahui situasi menyatakan bahwa Israel tengah mempertimbangkan aksi militer sepihak terhadap Iran, bahkan tanpa dukungan langsung dari Amerika Serikat.

Upaya ini didorong oleh kekecewaan Israel terhadap isi kerangka kesepakatan nuklir yang dinilai masih mengizinkan pengayaan uranium.

"Mereka (Iran) hanya meminta hal-hal yang tidak mungkin dilakukan. Mereka tidak ingin menyerahkan apa yang harus mereka serahkan," ujar Trump kepada wartawan, Senin, 9 Juni 2025.

"Mereka mencari pengayaan. Kita tidak bisa membiarkan pengayaanm" tambahnya.

Langkah ini diperkirakan akan memicu balasan langsung dari Iran terhadap aset-aset Amerika di kawasan, terutama di Irak. Hal ini menjadi salah satu alasan utama di balik keputusan Departemen Luar Negeri AS yang memerintahkan seluruh pejabat non-darurat untuk meninggalkan Irak.

"Departemen Luar Negeri memerintahkan pejabat pemerintah non-darurat untuk keluar dari Irak karena meningkatnya ketegangan kawasan," ujar seorang pejabat pertahanan AS kepada CBS News, Kamis, 12 Juni 2025.

Selain itu, Kementerian Pertahanan AS juga mengizinkan keluarga militer untuk meninggalkan wilayah Timur Tengah secara sukarela. Presiden Donald Trump turut mengonfirmasi langkah evakuasi ini, seraya memperingatkan bahwa kawasan tersebut "bisa menjadi tempat yang berbahaya."

"Kami menyarankan warga Amerika meninggalkan kawasan karena itu bisa menjadi tempat yang berbahaya, dan kita lihat apa yang akan terjadi," ujar Trump di Kennedy Center, Washington DC, 11 Juni 2025.

Trump kembali menegaskan bahwa Amerika Serikat tidak akan membiarkan Iran memperoleh senjata nuklir. "Kami tidak akan membiarkan itu terjadi," kata Trump.
 

Baca Juga:
Menhan Iran Lontarkan Ancaman, AS Evakuasi Staf Diplomatik dari Kedubes di Irak

Sementara itu, Menteri Pertahanan Iran, Aziz Nasirzadeh, memperingatkan bahwa jika perundingan nuklir gagal dan konflik militer terjadi, maka "Korps Garda Revolusi Islam akan menarget seluruh pangkalan militer AS di negara-negara tuan rumah."

Laporan CBS News menyebutkan bahwa Israel dan Gedung Putih menolak memberikan komentar lebih lanjut. Namun, Organisasi Perdagangan Maritim Inggris (UKMTO) pada hari Rabu telah mengimbau seluruh kapal untuk berhati-hati di wilayah Teluk Persia, Selat Hormuz, dan Teluk Oman karena "ketegangan meningkat yang bisa memicu eskalasi aktivitas militer."

CBS News juga mencatat bahwa dalam kesaksian di Capitol Hill, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth menyatakan, "Ada banyak indikasi bahwa mereka (Iran) sedang bergerak menuju sesuatu yang sangat mirip dengan senjata nuklir."

Laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dua minggu lalu menyatakan Iran telah memperkaya 408,6 kilogram uranium hingga kemurnian 60 persen, mendekati ambang 90 persen untuk membuat senjata nuklir. Jumlah ini naik signifikan dari estimasi 274,8 kilogram pada Februari lalu.

CBS News menambahkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu selama bertahun-tahun bersikap skeptis terhadap segala bentuk kesepakatan dengan Iran. Kantornya menyatakan bahwa Israel telah melakukan "berbagai operasi terbuka dan tertutup" untuk menghambat perkembangan program nuklir Iran.

Trump juga dikabarkan belum memberikan pengarahan khusus kepada para legislator senior terkait situasi ini. Komandan CENTCOM Jenderal Erik Kurilla bahkan membatalkan kesaksiannya di Capitol Hill untuk fokus pada eskalasi yang sedang berkembang.

Trump sebelumnya mengaku pernah meminta Netanyahu untuk tidak menyerang Iran saat negosiasi masih berlangsung.

"Saya katakan padanya ini tidak pantas dilakukan sekarang karena kita sangat dekat dengan solusi," ujar Trump.

Namun hingga kini, perundingan belum menunjukkan tanda-tanda keberhasilan. Iran bersikeras mempertahankan hak untuk memperkaya uranium, sementara AS menolak segala bentuk pengayaan oleh Teheran.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Surya Perkasa)