Ilustrasi. Pemakaman jenazah jemaah haji di Arab Saudi. Istimewa
Makkah: Di balik kesibukan ibadah haji yang padat, ada satu pekerjaan yang tidak banyak diketahui publik, namun sangat penting dan memerlukan tanggung jawab besar. Yaitu mengurus jenazah jemaah haji Indonesia yang wafat di Makkah. Tugas senyap inilah yang dijalani Zarkoni Hasbi Suid, Petugas Layanan Lansia PPIH Daerah Kerja (Daker) Makkah.
Saban hari, Zarkoni bersentuhan dengan proses yang sangat sensitif dan memerlukan empati tinggi ini. Dari mengurus surat kematian, mendampingi petugas rumah sakit memandikan jenazah, mendampingi prosesi Salat Jenazah di Masjidil Haram, hingga mengantarkan jenazah ke pemakaman di Al Sharaya, Makkah. Semua proses itu dijalaninya dengan penuh tanggung jawab dan kesabaran.
Pria yang berprofesi sebagai dosen di Institut Islam Mambaul Ulum Kota Jambi itu menceritakan tentang proses pengurusan jenazah jemaah haji Indonesia yang meninggal di Makkah. Menurutnya, jemaah haji yang meninggal di Makkah dibagi menjadi dua; meninggal di hotel atau di rumah sakit.
"Kalau meninggal di hotel pengurusan administrasinya agak rumit. Pertama, kita harus berkoordinasi dengan orang syarikah. Kemudian syarikah langsung mendata jemaah kita yang wafat. Selanjutnya dokter kloter membuat COD (certificate of death), lalu pihak syarikah bersama dokter kloter menuju ke KKHI (Klinik Kesehatan Haji Indonesia) untuk mendapatkan surat keterangan dari dokter spesialisnya menentukan riwayat penyakit jemaah yang wafat," ujar Zarkoni saat berbincang dengan tim Media Center Haji (MCH) baru-baru ini.
Setelah berkoorinasi berjenjang, syarikah membawa jenazah ke rumah sakit. Lalu tim KKHI mengurus administrasi untuk mencocokkan identitas jenazah dengan paspor atau kartu identitas pengenal lainnya. Lalu setelah sesuai semua, tinggal menunggu pengecekan jenazah oleh askar.
"Itu pun enggak memakan waktu lama, paling lama satu jam. Setelah itu, tim dokter Rumah Sakit Annur memeriksa untuk proses pemandiannya. Pemandian jenazah tidak dilakukan di rumah sakit, melainkan pemandian khusus. Jika ada keluarga, bisa juga mendampingi," ujar alumnus UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi itu.
Selesai dimandikan, lalu diberi parfum, tim pendamping dipanggil kembali ke ruangan khusus memastikan jenazah jemaahnya benar. Baru dipersiapkan ambulans untuk menuju ke Masjidil Haram.
Menurut Zarkoni, semua jemaah yang wafat di Makkah saat melaksanakan ibadah haji akan disalatkan di Masjidil Haram tanpa terkecuali. Tergantung jam berapa jenazah kelar dimandikan.
"Misal dimandikan itu jam 11.00 siang, berarti bisa disalatkan sesudah Salat Zuhur. Tapi kalau dimandikannya selesai jam 2 siang, harus menunggu setelah Asar. Begitulah melihat situasi dan kondisi untuk menyolatkan. Kalau memandikan jenazah itu kelar jam 9 malam atau sesudah Isya, harus menunggu sampai Subuh," katanya.
"Alangkah bahagianya mereka ini. Kenapa? Insyaallah jenazah, wabil khusus jemaah haji Indonesia yang wafat di tanah haram ini, insyaAllah tidak ada baginya hisab. Insyaallah mereka mendapatkan haji yang mabrur. Dosa mereka diampuni dan mendapatkan hadiah surga dari Allah," imbuhnya.
Petugas PPIHPetugas Layanan Lansia PPIH Daerah Kerja (Daker) Makkah, Zarkoni Hasbi. Foto: Istimewa.
Menurut Zarkoni, jemaah yang mengikuti pengurusan jenazah mendapatkan tempat istimewa. Karena saat salat berjemaah di Masjidil Haram berada di belakang imam.
"Ada tempat yang khusus untuk mensalatkan. Tidak seperti jemaah biasa, memang ditempatkan khusus kita untuk menyolatkan jenazah ini. Setelah disalatkan, barulah kita berangkat untuk ke pemakamannya," lanjut Zarkoni yang juga alumnus S2 Universitas Ummul Qura' Makkah ini.
Pemakaman jenazah jemaah haji saat ini kata dia tidak lagi di Ma'la melainkan di Al Syaraya. Pemakaman Ma'la saat ini dikhususkan untuk Ahli Makkah atau orang Makkah sendiri. Untuk pemakaman tinggal menempati saja.
"Semua sudah tersedia. Ada petugas yang menggali lubang. Kemudian yang kosong, belum ada jenazah ditutup dulu. Ada semacam beton. Nanti kalau ada jenazah, tinggal dibukakan. Dibuka, kemudian saat jenazah datang, langsung kita sambut. Masukkan ke dalam liang lahatnya. Tidak ditimbun dengan tanah secara langsung. Tapi ditutup lagi dengan beton itu dan diatasnya ditimbun sedikit dengan tanah," katanya.
Zarkoni mengaku sudah beberapa kali mendampingi pengurusan jenazah. Terakhir dia mengurus jenazah sesama petugas haji dari daerah. "Saya yang menyambut jenazah beliau di dalam kuburnya. Saya sambut langsung, dan ketika itu saya merasakan luar biasa. Seorang Ahlul Qur'an, seorang yang hafal Al-Quran," kenang dia.
"Namun, saat bertugas menjadi pelayan tamu Allah di Tanah Suci Makkah Al-Mukarramah ini, beliau dipanggil oleh Allah. Beliau hafal Al-Quran, dan dipanggil oleh Allah di tempat yang sangat istimewa di muka bumi ini. Yang tak saya lupakan itu adalah ketika saya menyambut jenazah beliau ini. Begitu harumnya jenazah beliau ini di dalam kuburnya," imbuhnya.
"Masyaallah, saat itu air mata saya mengalir. Ya Allah, alangkah bahagianya beliau ini dapat diwafatkan di Tanah Suci Al-Mukarramah. Beliau orang yang hafal Al-Qur'an, sedangkan kita belum tahu di mana akan diwafatkan oleh Allah SWT," imbuhnya.
Zarkoni juga berdoa agar jemaah haji Indonesia yang wafat di Tanah Suci Makkah dalam keadaan husnul khatimah.