Acara buka puasa bersama Dubes RI di Masjid Agung Colombo, Sri Lanka, 12 Maret 2025. (KBRI Colombo)
Colombo: Sepanjang bulan suci Ramadan tahun ini, KBRI Colombo telah melaksanakan beberapa kegiatan dalam upaya penggalangan Friends of Indonesia di Sri Lanka, khususnya peningkatan aspek spiritualisme-sosial kemasyarakatan, serta meningkatkan hubungan people-to-people antara Indonesia dan Sri Lanka.
KBRI Colombo telah menyelenggarakan acara buka puasa bersama dengan masyarakat muslim di Colombo Grand Mosque, Sri Lanka, pada 12 Maret lalu, yang dihadiri kurang lebih 250 orang.
Berdasarkan keterangan tertulis KBRI Colombo yang diterima Metrotvnews.com, Senin, 17 Maret 2025, para jamaah menyambut baik dan merasa senang, dan berharap kegiatan buka puasa bersama dapat terus dilakukan untuk lebih mendekatkan hubungan emosial dan meningkatkan tali silaturahmi.
Kedatangan Duta Besar Indonesia untuk Sri Lanka merangkap Maladewa, Dewi Gustina Tobing, disambut hangat President Grand Mosque dan para pengurus masjid. Ia diterima di ruang khusus tempat sidang isbat penentuan awal Ramadan dan ruangan menerima tamu utama.
Dalam sambutannya, Dubes Dewi menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada pengurus dan masyarakat di Masjid Agung Colombo yang selalu mengingat Indonesia sebagai saudara. Dubes Dewi juga mengajak semua pihak untuk selalu menjunjung tinggi toleransi dan keharmonisan dalam kehidupan beragama serta menjaga kesehatan selama ibadah Ramadan.
Sejarah Masjid Agung Colombo
Colombo Grand Mosque yang terletak di Hulftsdorp Pettah, Sri Lanka memiliki sejarah panjang dan berhubungan dekat dengan Indonesia. Masjid tersebut merupakan masjid pertama dan terbesar yang dibangun di Colombo dengan usia lebih dari 1200 tahun dan tertua kedua di Sri Lanka dengan daya tampung sekitar 6000 orang.
Selain itu, Masjid Agung Colombo juga digunakan sebagai tempat berkumpulnya para ulama di Colombo dalam melakukan sidang Isbat penentuan awal bulan hijriyah, termasuk awal Ramadan dan idulfitri serta Iduladha.
Pada era kolonial Belanda di Sri Lanka (atau dulunya disebut Ceylon) tahun 1685-1798, beberapa tokoh/keluarga bangsawan dari Indonesia yang menentang kolonial Belanda sebanyak 176 orang dari 23 keluarga telah diasingkan ke Sri Lanka oleh Belanda.
Di antaranya ada Raja dari Gowa Makasar (Sulawesi Selatan Indonesia) yaitu Raja Gosman Oesman yang mempunyai putra seorang arsitek bernama Muhammad Balang Kaya yang menetap dan menikahi perempuan Sri Lanka.
Waktu itu di tahun 1820, Colombo Grand Mosque telah dibangun dua lantai dan didesain ulang oleh Muhammad Balang Kaya. Dari pernikahannya dengan perempuan Sri Lanka, Muhammad Balang Kaya dikaruniai enam putra dan tiga putri.
Putra bungsunya bernama Baha-UddeenTuan Bagoos Krawan Balang menguasai teologi Islam dan dipercaya menjadi khalifah di Masjid tersebut serta merupakan seorang tokoh dihormati yang menyebarkan Islam di wilayah Colombo dan Sri Lanka.
Setelah wafat, Baha-UddeenTuan Bagoos Krawan Balang dimakamkan di dalam Colombo Grand Mosque, di mana sampai saat ini masyarakat umum masih bisa berziarah dan melihat makamnya yang terletak di lantai bawah masjid.
Baca juga:
KBRI Colombo Gelar Buka Puasa Bersama di Masjid Indonesia Memorial Sri Lanka