KTT G20 berlangsung di Afrika Selatan pada 22-23 November 2025. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 23 November 2025 13:11
Washington: Gedung Putih menuduh Afrika Selatan telah menghambat proses transisi kepemimpinan G20 ke tangan Amerika Serikat (AS), setelah Kementerian Luar Negeri Afsel menyatakan akan menyerahkan tongkat estafet kepresidenan G20 kepada AS pada “tingkat yang tepat."
Pernyataan Afsel merujuk pada penyerahan presidensi G20 ke AS oleh pejabat yang setara, di mana Washington hanya bersedia mengirim kuasa usaha (charge d’affaires) dari kedutaan besarnya di Afrika Selatan.
Padahal seharusnya, penyerahan tongkat estafet G20 dilakukan dari kepala negara ke kepala negara tuan rumah berikutnya. Namun tahun ini, Presiden AS Donald Trump menolak hadir, dan menolak mengirim siapa pun dari Washington, kecuali pejabat yang memang sudah ada di Afrika Selatan.
Juru bicara Gedung Putih, Anna Kelly, juga mengkritik Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa yang mendorong penerbitan deklarasi para pemimpin G20 terkait krisis iklim dan tantangan global lainnya “meski telah ada keberatan yang konsisten dan kuat dari AS.”
Ia menambahkan bahwa Trump akan “mengembalikan legitimasi G20 pada tahun 2026 saat AS menjadi tuan rumah.”
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Afrika Selatan Ronald Lamola mengatakan dalam konferensi pers di sela-sela KTT G20 bahwa AS ingin proses penyerahan dilakukan melalui kuasa usaha (charge d’affaires) dari kedutaan besarnya di Afrika Selatan.
Lamola menegaskan bahwa Kementerian Luar Negeri Afrika Selatan (DIRCO) ingin “membedakan antara proses penyerahan dan pembahasan yang sedang berlangsung” di KTT yang dihadiri banyak kepala negara dan pejabat yang ditunjuk secara resmi.