Putri Purnama Sari • 3 August 2025 16:45
Jakarta: Pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya melalui pembacaan naskah proklamasi oleh Ir. Soekarno didampingi Drs. Mohammad Hatta di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta.
Namun, tantangan besar masih membayangi penyebaran berita penting ini ke seluruh penjuru negeri. Di tengah sensor ketat dan kekuasaan militer Jepang, tidak semua media berani menyuarakan kabar merdeka.
Sejarah mencatat ada satu nama penting dalam dunia pers Indonesia, yakni Soeara Asia, surat kabar dari Surabaya, yang menjadi media pertama yang secara terang-terangan memberitakan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Terbit pada 18 Agustus 1945
Soeara Asia menerbitkan berita tentang
proklamasi kemerdekaan dalam edisi 18 Agustus 1945, sehari setelah pembacaan teks proklamasi. Ini menjadikannya sebagai surat kabar pertama di Indonesia yang menyampaikan kabar kemerdekaan secara terbuka kepada masyarakat.
Pada awalnya, Soeara Asia berencana segera menerbitkan berita tentang kemerdekaan Indonesia. Namun, menurut informasi dari laman Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), rencana tersebut sempat dibatalkan sementara setelah pihak Jepang memberikan klarifikasi dan menyangkal kebenaran informasi tersebut.
Kondisi ini membuat redaksi Soeara Asia bersikap hati-hati. Mereka memutuskan untuk melakukan pengecekan terlebih dahulu sebelum menyebarluaskan berita tersebut. Pada sore harinya, Soeara Asia mengutus tim ke Jakarta guna memastikan keabsahan kabar proklamasi.
Setelah memperoleh kepastian bahwa berita kemerdekaan itu benar adanya, Soeara Asia akhirnya menayangkannya secara resmi pada 18 Agustus 1945. Berita kemerdekaan ini menjadi headline di edisi hari itu, meski tanpa mencantumkan isi lengkap naskah proklamasi.
Mengapa Bukan Media di Jakarta yang Pertama?
Banyak yang mengira media di Jakarta seperti Asia Raya menjadi yang pertama memberitakan kemerdekaan. Namun faktanya, Asia Raya masih berada di bawah kendali ketat sensor Jepang, sehingga tidak dapat serta-merta memuat kabar proklamasi secara gamblang.
Di Surabaya, situasi mulai berubah dengan cepat karena adanya gerakan pemuda dan kekuatan lokal yang lebih progresif. Wartawan-wartawan Soeara Asia mengambil risiko besar demi menyampaikan kebenaran kepada rakyat.