Nelayan mengayuh sampan di dekat perahu di kolam labuh pelabuhan pendaratan ikan Oeba di Kelurahan Fatubesi, Kota Kupang, NTT, Minggu, 9 Februari 2025. Media Indonesia/ Palce Amalo
Media Indonesia • 9 February 2025 16:15
Kupang: Ratusan kapal nelayan di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, tidak berlayar akibat cuaca buruk yang sudah berlangsung sejak satu pekan terakhir. Seluruh kapal nelayan yang tidak berlayar, berlabuh di kolam labuh pelabuhan pendaratan ikan Oeba di Kelurahan Fatubesi.
"Sudah satu minggu ini tidak ada kapal nelayan yang berani melaut, gelombang sangat tinggi," kata nelayan setempat, Yeremis, di Kupang, Minggu, 9 Februari 2025.
Meskipun berada di kolam labuh, dia bersama nelayan lainnya tetap mengawasi kapal agar tidak terbawa ombak ke tengah laut.
BMKG melaporkan tinggi gelombang di perairan mencapai maksimal 4-6 meter pada Sabtu, 8 Februari 2025 yang masih berlangsung sampai 12 Februari 2025. Gelombang tinggi juga berdampak terhadap aktivitas pelayaran kapal penumpang, seperti PT ASDP Indonesia Fery Cabang Kupang telah menghentikan sementara operasional kapal selama cuaca buruk.
Yeremis menyebut selama cuaca buruk, pasokan ikan ke pasar berasal dari ikan yang disimpan di kotak pendingin atau cool box yang membuat harga ikan segar melambung.
Ikan tongkol yang biasa dijual Rp20.000/15 ekor, sekarang naik menjadi Rp20.000/6 ekor. Begitu juga ikan kombong naik dari Rp50.000/8 ekor menjadi Rp50.000/6 ekor.
Karena mahal, permintaan ikan di Pasar Ikan Kelurahan Fatubesi tersebut anjlok. "Kalau ikan tidak laku, kami masukan kembali ke coolbox untuk dijual Kembali besok," tambah Yefta, pedagang ikan.